Pengungsi Yaman berjuang lewati musim dingin di tengah perang sipil berkepanjangan

2023-01-02 14:35:46   来源:新华社

JUDUL: Pengungsi Yaman berjuang lewati musim dingin di tengah perang sipil berkepanjangan

DATELINE: 1 Januari 2023

DURASI: 00:02:00

LOKASI: Sanaa

KATEGORI: MASYARAKAT

 

SHOTLIST:

1. Berbagai cuplikan kamp pengungsi Dharawan di dekat Sanaa, ibu kota Yaman 

2. SOUNDBITE 1 (Bahasa Arab): FAWZIA NASSER, Pengungsi Yaman

3. Berbagai cuplikan kamp pengungsi Dharawan

4. SOUNDBITE 2 (Bahasa Arab): MOHAMMAD HUSSEIN, Pengungsi Yaman

 

STORYLINE:

Dengan suhu yang sangat rendah di Yaman, ribuan keluarga pengungsi lokal kembali berjuang untuk melewati musim dingin yang berat dalam perang sipil yang destruktif dan berkepanjangan.

Berkerumun di tenda-tenda mereka yang compang-camping, nyawa para pengungsi di kamp Dharawan di pinggiran utara Sanaa benar-benar terancam oleh hawa musim dingin yang menusuk.

Fawzia Nasser merupakan seorang wanita pengungsi dan ibu dari 12 anak.

Dia dan keluarganya tinggal di dalam tenda yang hampir tidak bisa melindungi mereka dari angin yang sangat dingin. Tiga putranya juga terserang penyakit, tetapi tidak ada yang datang untuk membantu mereka.

Terletak di tengah Dataran Tinggi Yaman, udara di Sanaa lebih dingin dibanding sebagian besar wilayah di Semenanjung Arab. Musim dinginnya, terutama saat malam hari, bisa sangat berat bagi mereka yang tidak memiliki rumah untuk berlindung.

SOUNDBITE 1 (Bahasa Arab): FAWZIA NASSER, Pengungsi Yaman

"Terdapat sejumlah wanita melahirkan yang meninggal bersama bayi mereka akibat kedinginan tanpa selimut, kasur, pakaian musim dingin, atau uang untuk membeli barang-barang itu. Tidak ada organisasi internasional yang memberi kami apa pun untuk musim dingin."

Mohammad Hussein yang berusia 70 tahun pindah bersama istri dan delapan anak mereka ke kamp Dharawan pada 2015 dan merupakan salah satu penghuni terlama di kamp pengungsi tersebut.

Dia mengaku telah melepaskan semua harapan karena perang saudara terus meluas dan kondisi kehidupan di kamp semakin memburuk dari tahun ke tahun.

SOUNDBITE 2 (Bahasa Arab): MOHAMMAD HUSSEIN, Pengungsi Yaman

"Saya seorang pria tua yang kehilangan rumah. Semua yang saya miliki ada di dalam sebuah tenda yang rusak. Anak-anak saya kelaparan dan menggigil kedinginan. Saya tidak punya sarana untuk membantu mereka."

Saat tiba di tempat itu, sebagian besar pengungsi mengira mereka akhirnya menemukan keamanan dan tempat berlindung. Namun, dengan perang yang tak kunjung usai, apa yang seharusnya menjadi tempat penampungan sementara bagi lebih dari 500 keluarga pengungsi lama-kelamaan menjadi daerah kumuh permanen, tempat para pengungsi menunggu dengan sia-sia dalam kemelaratan.

Keluarga-keluarga pengungsi di tempat itu kekurangan pakaian, selimut, air minum, makanan, perawatan medis, sepatu, dan susu untuk anak-anak mereka. Banyak di antara mereka tidur dalam keadaan lapar di lantai yang dingin, yang menyebabkan mereka mengalami radang dingin yang parah.

"Pada musim panas, hujan lebat dan penyakit menular datang. Pada musim dingin, kami mengalami radang dingin dan penyakit lainnya," kata Hussein. "Penderitaan kami tidak pernah berakhir."

Yaman terperosok dalam perang sipil sejak akhir 2014, ketika kelompok Houthi yang didukung Iran merebut sebagian besar wilayah utara negara itu dan memaksa pemerintah yang didukung Arab Saudi keluar dari ibu kota Sanaa.

Perang sipil ganas selama bertahun-tahun memicu apa yang disebut oleh PBB sebagai krisis kemanusiaan terbesar di Bumi. Diperkirakan seperempat dari populasi negara itu, atau lebih dari 4 juta orang, telantar selama perang.

 

Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Sanaa.

(XHTV)

【记者:Wang Shang 】
原文链接:http://home.xinhua-news.com/rss/newsdetaillink/2cfa8f3c4981b477a88587df2a24f820/1672641348375

财经新闻 ECONOMIC NEWS

24小时排行 LEADERBOARD