JUDUL: Nilai tukar Lira yang lemah dongkrak jumlah wisman dan pendapatan sektor pariwisata Turki
DATELINE: 24 Desember 2022
DURASI: 00:01:39
LOKASI: Ankara
KATEGORI: EKONOMI
SHOTLIST:
1. Berbagai cuplikan sejumlah balon udara panas dan Cappadocia
2. Berbagai cuplikan wisatawan di pantai-pantai Turki
3. Berbagai cuplikan wisatawan di pusat kota tua Amasra, Turki
4. SOUNDBITE (Bahasa Turki): KAAN SAHINALP, Perwakilan Turki dari perusahaan raksasa pariwisata Jerman TUI
STORYLINE:
Dibantu oleh melemahnya mata uang Lira, sektor pariwisata yang krusial bagi Turki mencatatkan rebound pascapandemi yang kuat.
Pendapatan pariwisata sangat penting bagi perekonomian negara tersebut dengan program ekonomi pemerintah berfokus pada membalikkan defisit transaksi berjalan menjadi surplus, memprioritaskan ekspor, produksi dan investasi, serta bertujuan untuk mengekang inflasi.
Jumlah wisatawan asing (wisman) yang tiba di Turki naik 88 persen secara tahunan (year on year/yoy) selama periode Januari hingga Oktober tahun ini menjadi 39,1 juta, merangkak naik untuk menyamai level prapandemi pada 2019.
Rebound itu juga didorong oleh lompatan besar dalam hal permintaan dari Eropa saat benua Eropa bergulat dengan krisis energi akibat konflik Rusia-Ukraina.
SOUNDBITE (Bahasa Turki): KAAN SAHINALP, Perwakilan Turki dari perusahaan raksasa pariwisata Jerman TUI
"Tahun 2022 merupakan tahun yang sangat bagus terkait sektor pariwisata. Tingkat hunian di sebagian besar resor mencapai lebih dari 90 persen. Angka wisman saat ini hampir mencapai 50 juta. Pihak otoritas memperhitungkan pendapatan untuk tahun ini mencapai sekitar 46 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.594). Kondisi ini juga akan berlanjut tahun depan. Estimasi saya untuk tahun 2023 adalah 60 juta wisman dengan pendapatan sekitar 60 miliar dolar AS. Turki mendapatkan beberapa keuntungan pada 2022, terutama lira yang lemah terhadap mata sejumlah uang kuat. Dalam lima tahun ke depan, jika Turki berhasil dalam keberlanjutan, 100 juta wisman dan pendapatan senilai 100 miliar dolar AS bukan hanya sekadar mimpi."
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Ankara.
(XHTV)
