BEIJING, 8 Maret (Xinhua) -- Dengan tekad menjadikan permintaan domestik sebagai "mesin utama dan jangkar bagi pertumbuhan ekonomi," para pembuat kebijakan di China mengirimkan sinyal baru dan tegas tentang pemberdayaan jumlah konsumen yang besar untuk membelanjakan uang mereka, melawan skeptisisme soal peralihan negara itu menjadi perekonomian yang digerakkan oleh konsumsi.
China akan "menerapkan fokus kebijakan ekonomi yang lebih kuat pada peningkatan standar hidup dan peningkatan belanja konsumen," papar laporan kerja pemerintah China tahun ini yang diserahkan pada Rabu (5/3) kepada Kongres Rakyat Nasional (National People's Congress/NPC), yang merupakan badan legislatif nasional negara itu, untuk dibahas.
Menggenjot konsumsi bukanlah konsep yang baru dalam perangkat kebijakan China, dan belanja konsumen memainkan peran yang kian penting dalam perekonomian China. Pada 2024, konsumsi akhir menyumbang 44,5 persen terhadap pertumbuhan ekonomi China, melampaui investasi dan ekspor, serta mendorong produk domestik bruto (PDB) naik 2,2 poin persentase.
Namun, tahun ini, dorongan tersebut menjadi sangat penting setelah ekonomi China menghadapi proteksionisme perdagangan dan hambatan global yang kian besar, sementara peralihan domestik dari pendorong pertumbuhan tradisional, seperti real estat, ke pendorong pertumbuhan baru yang lebih berkelanjutan (sustainable) menimbulkan tantangan baru.
"Perluasan permintaan domestik melalui stimulasi konsumsi dapat secara efektif melawan ketidakpastian eksternal, serta menstabilkan pertumbuhan jangka pendek sekaligus membantu peralihan struktural seiring waktu," ujar Yang Decai, penasihat politik nasional sekaligus profesor ekonomi di Universitas Nanjing, dalam pertemuan tahunan badan legislatif dan badan penasihat politik tertinggi China yang dikenal sebagai "Dua Sesi".
Guna mendukung transisi yang sangat penting ini, laporan kerja pemerintah China mengungkapkan sejumlah kebijakan pendukung yang lebih kuat, termasuk menerbitkan obligasi khusus jangka ultra-panjang (ultra-long special treasury bond) senilai 300 miliar yuan (1 yuan = Rp2.252) atau sekitar 42 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.315) untuk mendukung program tukar tambah (trade-in) barang konsumen, dua kali lipat dari skala tahun lalu.
Program trade-in yang diluncurkan setahun lalu memainkan peran penting dalam merevitalisasi pasar konsumen. Pada 2024, program itu menghasilkan penjualan melampaui 1,3 triliun yuan, termasuk lebih dari 6,8 juta kendaraan, 56 juta peralatan rumah tangga, dan 1,38 juta sepeda listrik. Makin banyak barang telah ditambahkan ke daftar produk bersubsidi tahun ini.
"Skema trade-in ini lebih dari sekadar kebijakan ekonomi," kata Menteri Perdagangan China Wang Wentao dalam konferensi pers di sela-sela sesi ketiga NPC ke-14 pada Kamis (6/3), seraya menyatakan bahwa skema tersebut telah mendorong mesin pembangunan baru dan meningkatkan kualitas hidup jutaan rumah tangga.
Wang memaparkan bahwa masalah utama yang membatasi konsumsi barang adalah kemampuan dan kemauan untuk membelanjakan uang, sementara tantangan utama untuk konsumsi jasa adalah kurangnya pasokan berkualitas tinggi.
Guna mengatasi berbagai kelemahan ini, pemerintah China memberikan penawaran yang lebih murah bagi konsumen serta bertekad menaikkan kepercayaan konsumen melalui peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan fokus pada menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan, dan meringankan beban keuangan mereka.
Lebih banyak dana dan sumber daya akan digunakan untuk melayani masyarakat dan memenuhi kebutuhan mereka, ungkap laporan kerja pemerintah tersebut.
Dengan target lebih dari 12 juta lapangan kerja baru di perkotaan tahun ini, pemerintah China akan memberikan dukungan yang lebih kuat demi lapangan kerja yang penuh dan berkualitas tinggi, urai laporan tersebut. Pemerintah China juga berjanji meningkatkan tunjangan hari tua dasar minimum bagi penduduk pedesaan dan penduduk perkotaan yang tidak bekerja serta tunjangan pensiun dasar untuk para pensiunan.
"Menaikkan pembayaran pensiun para petani mungkin menjadi cara yang paling efektif untuk mendongkrak konsumsi, karena hal itu akan secara signifikan mengurangi tingkat simpanan dan meningkatkan konsumsi bagi setengah populasi China," tutur Lu Ting, kepala ekonom China di Nomura. Lu memperkirakan akan ada lebih banyak lagi yang akan dilakukan terkait hal ini dalam beberapa tahun ke depan.
Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan akan naik 6,1 persen pada tahun ini, sementara pengeluaran untuk jaminan sosial dan ketenagakerjaan akan naik 5,9 persen, dengan peningkatan yang kuat juga diperkirakan terjadi di bidang perawatan kesehatan dan perumahan, ungkap Menteri Keuangan China Lan Fo'an dalam konferensi pers pada Kamis.
SKENARIO KONSUMSI BARU
Para pembuat kebijakan di China juga mengaitkan konsumsi dengan peningkatan gaya hidup, bukan hanya volume pengeluaran. Laporan kerja pemerintah menyoroti perlunya menciptakan skenario-skenario konsumsi baru guna mempercepat pertumbuhan konsumsi digital, ramah lingkungan, dan pintar, maupun jenis konsumsi baru lainnya.
Laporan kerja itu menjanjikan perbaikan sistem cuti dan memastikan implementasi perbaikan itu untuk membuka potensi konsumsi di sektor-sektor seperti budaya, pariwisata, dan olahraga, yang termasuk mesin konsumsi jasa yang paling kuat.
Sementara itu, berbagai tren konsumsi baru, mulai dari maraknya olahraga musim dingin hingga lonjakan belanja konsumen warga berusia lanjut, telah memicu pertumbuhan baru.
Ekonomi perak (silver economy), yang melayani populasi China yang menua, diperkirakan bisa mencapai 30 triliun yuan per 2035 dan menciptakan setidaknya 100 juta pekerjaan per 2050, kata Jin Li, penasihat politik nasional China yang juga wakil rektor Southern University of Science and Technology.
Sun Guangzhi, kepala departemen kebudayaan dan pariwisata tingkat provinsi di Jilin yang kaya akan sumber daya es dan salju, mengatakan bahwa provinsi di China timur laut itu telah mengeluarkan lebih dari 100 juta yuan untuk belanja langsung masyarakat dengan cara menerbitkan voucer konsumsi pada musim salju lalu.
"Langkah ini menunjukkan manfaat gabungan dari insentif kebijakan dan kekuatan sumber daya lokal," kata Sun, seorang anggota parlemen nasional China.
Berbagai kemajuan dalam inovasi teknologi akan membuka bidang-bidang pasar baru, dengan terobosan seperti model kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) DeepSeek, yang menjadi topik hangat selama "Dua Sesi" tahun ini.
Seiring produsen barang elektronik dan peralatan konsumen berlomba-lomba memasukkan teknologi AI ke dalam produknya, perusahaan riset pasar global International Data Corporation memperkirakan bahwa pengiriman di pasar terminal pintar China akan naik 4 persen pada 2025, sementara pengiriman komputer pribadi (PC) AI, tablet AI, dan ponsel pintar AI akan melonjak 20 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Secara global, stimulus konsumsi China akan meningkatkan ketahanan arus ekonomi domestiknya sekaligus menawarkan permintaan untuk rantai pasokan global, sebut Yang.
"Dari energi baru hingga AI, perluasan skenario konsumsi baru di China akan membuka peluang-peluang baru untuk kolaborasi kapasitas dan inovasi teknologi bagi industri global," lanjutnya. Selesai