JUDUL: Warga Suriah Korban Perang Buka Puasa Bersama di Tengah Reruntuhan di Damaskus
SHOOTING TIME: 4 Maret 2025
DATELINE: 5 Maret 2025
DURASI: 00:02:29
LOKASI: Damaskus, Suriah
KATEGORI: MASYARAKAT
SHOTLIST:
1. Berbagai cuplikan buka puasa bersama
STORYLINE:
Di tengah reruntuhan beton berwarna abu-abu dan bangunan yang hancur, ratusan warga Suriah yang lelah dengan perang berkumpul untuk berbuka puasa bersama di lingkungan al-Qaboun yang luluh lantak pada Selasa (4/3). Al-Qaboun terletak di sebelah utara Damaskus.
Para keluarga, anak-anak, dan sukarelawan duduk untuk berbuka puasa bersama di deretan meja yang diletakkan berjejer di sebuah jalan yang dipenuhi puing-puing, dengan ditemani penerangan lampu-lampu darurat.
Acara yang diselenggarakan oleh sejumlah kelompok kemanusiaan Suriah dan Turkiye ini bertujuan untuk menghadirkan kembali suasana kehidupan normal dan memberikan sedikit kelegaan bagi keluarga-keluarga yang sedang dirundung kesulitan ekonomi.
"Acara ini tidak hanya soal makanan, tetapi juga tentang mengembalikan kehidupan ke tempat yang luluh lantak ini," ujar Bisan Ramadan, seorang sukarelawan dari sebuah kelompok amal lokal di al-Qaboun yang membantu menyelenggarakan acara tersebut.
Al-Qaboun, yang dahulu merupakan distrik yang ramai di ibu kota Suriah, kini tinggal reruntuhan usai bertahun-tahun dilanda perang. Meskipun senjata telah sebagian besar berhenti beraksi, bekas-bekas konflik masih jelas terlihat, dan situasi ekonomi semakin memburuk, menyebabkan banyak warga Suriah tidak mampu membeli kebutuhan pokok.
"Ini merupakan bagian dari Proyek Iftar Ramadan kami," kata Mohammad Bakour, direktur wilayah Damaskus untuk organisasi kemanusiaan asal Turkiye, Al-Fath. "Sejak awal Ramadan, kami telah mendistribusikan makanan di berbagai daerah. Hari ini, di al-Qaboun, kami menyediakan makanan berbuka puasa untuk 850 orang."
Ekonomi Suriah masih terperosok dalam krisis yang diperparah oleh sanksi-sanksi keras dan kekurangan likuiditas. Pergantian kekuasaan tidak banyak membantu mengubah laju kemerosotan ekonomi. Meskipun terjadi penurunan harga bahan pokok, banyak warga Suriah yang masih kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Hayam Ali, seorang pakar ekonomi Suriah, mengatakan kepada Xinhua bahwa produk domestik bruto (PDB) negara tersebut telah menyusut 84 persen sejak 2010, menyebabkan hampir 90 persen penduduknya jatuh dalam kemiskinan. Hiperinflasi, kolapsnya nilai mata uang, dan kelangkaan bahan bakar terus memperburuk kondisi. Produksi energi sangat rendah, dengan output listrik dan minyak jauh di bawah permintaan.
Pemerintah sementara Suriah menyuarakan pencabutan lebih banyak sanksi, dengan alasan bahwa pembatasan, seperti Undang-Undang Caesar yang diperkenalkan Amerika Serikat, telah menghambat pemulihan ekonomi.
Meski demikian, bagi warga Suriah, yang sebagian besar berjuang mencari nafkah dari hari ke hari, harapan mereka bertumpu pada resolusi cepat untuk mengatasi tantangan ekonomi yang telah membebani mereka selama lebih dari satu dekade. Hingga saat itu tiba, upaya amal, sekecil apa pun, tetap menjadi penopang hidup yang penting untuk membantu mereka melewati masa-masa sulit ini.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Damaskus.
(XHTV)