Orang-orang mengunjungi V&A Waterfront di Cape Town, Afrika Selatan, pada 16 Februari 2023. (Xinhua/Zhang Yudong)
Para menteri keuangan G20 mengakhiri pertemuan pertama mereka di bawah kepemimpinan Afrika Selatan tanpa mencapai konsensus untuk sebuah komunike bersama, tetapi menegaskan kembali komitmen mereka untuk melawan proteksionisme dalam "Ringkasan Hasil Pertemuan" (Chair's Summary).
CAPE TOWN, 2 Maret (Xinhua) -- Para menteri keuangan Kelompok 20 (Group of 20/G20) mengakhiri pertemuan pertama mereka di bawah kepemimpinan Afrika Selatan tanpa mencapai konsensus untuk sebuah komunike bersama, tetapi menegaskan kembali komitmen mereka untuk melawan proteksionisme dalam "Ringkasan Hasil Pertemuan" (Chair's Summary).
Menteri Keuangan Afrika Selatan Enoch Godongwana menyampaikan pengumuman tersebut dalam konferensi pers pada Kamis (27/2) setelah Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 yang diselenggarakan pada Rabu (26/2) hingga Kamis di Cape Town, ibu kota legislatif Afrika Selatan. Pertemuan itu merupakan Pertemuan Deputi Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 kedua yang diadakan sebelumnya pada pekan ini.
"Selama empat hari terakhir, para deputi, menteri keuangan, dan gubernur bank sentral mengadakan diskusi yang sangat konstruktif. Kami mempertimbangkan dan mendiskusikan program kerja kelompok-kelompok kerja jalur keuangan, isu-isu sektor keuangan, kemitraan global untuk inklusi keuangan, perpajakan internasional, serta gugus tugas keuangan dan kesehatan gabungan," ujar Godongwana.
Meskipun sebagian besar anggota mendukung program kerja tersebut, yang menjadi dasar bagi agenda kepemimpinan G20 Afrika Selatan, Godongwana mengatakan bahwa dirinya "tidak puas" dengan fakta bahwa pertemuan para menteri keuangan itu gagal mencapai konsensus dan tidak menghasilkan komunike gabungan.
Foto yang diabadikan pada 17 Juli 2023 ini menunjukkan pemandangan kota Cape Town, Afrika Selatan. (Xinhua/Xabiso Mkhabela)
Sebagai pemegang jabatan kepresidenan G20, Afrika Selatan "sangat ingin menggunakan setiap kesempatan untuk menghasilkan konsensus semaksimal mungkin, meskipun Afrika Selatan juga menghormati dan mengakui adanya perbedaan," ujar Godongwana. "Oleh karena itu, kami akan menerbitkan Chair's Summary yang semata-mata berisi versi yang telah kami diskusikan secara ekstensif dan disempurnakan dalam beberapa hari terakhir."
Menurut ringkasan itu, para anggota G20 bertukar pandangan mengenai perkembangan ekonomi global, mengakui bahwa meskipun pertumbuhan global masih lemah, "banyak wilayah di dunia menunjukkan ketangguhannya."
Ringkasan tersebut mencatat bahwa meskipun inflasi menurun berkat kebijakan moneter yang terkalibrasi dengan baik dan resolusi guncangan pasokan, kemajuannya tidak merata di seluruh negara. Diskusi juga menyoroti risiko-risiko negatif, termasuk ketegangan geopolitik, fragmentasi ekonomi, proteksionisme, gangguan pada rantai pasokan global, peningkatan beban utang, inflasi yang terus-menerus, perubahan iklim, dan peristiwa cuaca ekstrem.
"Para anggota menekankan pentingnya penguatan kerja sama multilateral guna mengatasi risiko-risiko yang ada dan yang sedang berkembang terhadap ekonomi global, pemeliharaan stabilitas keuangan, serta untuk semakin mendorong pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif, serta penciptaan lapangan kerja," papar ringkasan tersebut.
Para anggota G20 juga menyatakan dukungan terhadap "sistem perdagangan multilateral yang berbasis aturan, tidak diskriminatif, adil, terbuka, inklusif, merata, berkelanjutan, dan transparan dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sebagai intinya." Mereka juga menegaskan kembali komitmen mereka untuk menolak proteksionisme.
Afrika Selatan mengambil alih jabatan kepresidenan G20 pada 1 Desember 2024 dengan mengusung tema "Solidaritas, Kesetaraan, dan Keberlanjutan." Negara itu menjadi negara Afrika pertama yang memegang posisi tersebut. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin G20 diperkirakan akan diselenggarakan di Johannesburg, kota terbesar sekaligus pusat ekonomi di Afrika Selatan, pada November 2025. Selesai