BEIJING, 5 November (Xinhua) -- China siap membuka babak baru dalam hubungannya dengan negara-negara yang belum menjalin hubungan diplomatik, termasuk Palau, berdasarkan prinsip Satu China, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning pada Senin (4/11), menekankan bahwa tren mematuhi prinsip Satu China tidak dapat dihentikan.
Mao menyampaikan pernyataan tersebut dalam taklimat media rutin saat diminta untuk merespons komentar presiden Palau tentang China.
Menurut laporan, Presiden Palau Surangel Whipps, yang juga merupakan calon presiden berikutnya dalam pemilihan umum negara itu, mengeklaim bahwa China telah meningkatkan tekanan dan memintanya untuk memutus "hubungan diplomatik" negara itu dengan Taiwan. Calon presiden lainnya, yakni Tommy Esang Remengesau Jr., membantah analisis dan komentar yang melabeli dirinya sebagai pro-China.
Mao mengatakan bahwa di seluruh dunia, 183 negara telah menjalin hubungan diplomatik dengan China berdasarkan prinsip Satu China, menekankan bahwa tren historis umum untuk mendukung prinsip Satu China tidak dapat dihentikan.
Hanya sejumlah kecil negara di dunia, termasuk Palau, yang masih mempertahankan apa yang disebut sebagai "hubungan diplomatik" dengan Taiwan, kata Mao, seraya menambahkan bahwa praktik semacam itu tidak hanya bertentangan dengan kepentingan negara-negara ini dan rakyatnya serta Resolusi UNGA 2758, tetapi juga melanggar kedaulatan China, sehingga perlu dikoreksi.
"China mendesak negara-negara ini untuk memenuhi kewajiban mereka berdasarkan hukum internasional, berdiri di sisi sejarah yang benar, dan membuat keputusan yang tepat dan benar-benar memenuhi kepentingan fundamental dan jangka panjang mereka sesegera mungkin," kata juru bicara itu.
Mao mengutip pepatah China yang berbunyi "mereka yang menyesuaikan tindakan mereka dengan zaman adalah orang bijak." Dia mengatakan akan sangat baik bagi China untuk melihat orang-orang yang memiliki visi di negara-negara ini untuk menyadari tren sejarah dan zaman yang berlaku serta menghormati kedaulatan dan integritas teritorial China dan memilih berdiri di sisi yang benar dari keadilan dan kesetaraan internasional sesegera mungkin.
"Tidak ada kata terlambat untuk menjalin persahabatan baru. China siap membuka babak baru dalam hubungan dengan negara-negara ini berdasarkan prinsip Satu China," papar Mao. Selesai