JUDUL: Pengungsi Lebanon terjebak di antara harapan dan luka perang berkepanjangan akibat serangan Israel
SHOOTING TIME: 15 Oktober 2024
DATELINE: 18 Oktober 2024
DURASI: 00:02:50
LOKASI: Damaskus
KATEGORI: POLITIK
SHOTLIST:
1. Berbagai cuplikan tempat penampungan pengungsi Al-Herjalleh
2. Berbagai cuplikan Haidar Abu Ali di samping kamarnya
3. SOUNDBITE 1 (Bahasa Arab): HAIDAR ABU ALI, Pengungsi Lebanon
4. Berbagai cuplikan Haidar Abu Ali sedang duduk bersama tetangganya
5. SOUNDBITE 2 (Bahasa Arab): HAIDAR ABU ALI, Pengungsi Lebanon
6. Berbagai cuplikan tangan Haidar Abu Ali
7. SOUNDBITE 3 (Bahasa Arab): HAIDAR ABU ALI, Pengungsi Lebanon
8. Berbagai cuplikan Khaled Abu Malik sedang duduk bersama tetangganya
9. SOUNDBITE 4 (Bahasa Arab): KHALED ABU MALIK, Pengungsi Lebanon
10. Berbagai cuplikan dari dalam tempat penampungan
11. SOUNDBITE 5 (Bahasa Arab): KHALED ABU MALIK, Pengungsi Lebanon
12. Berbagai cuplikan dari dalam tempat penampungan
STORYLINE:
Melarikan diri dari kekerasan yang terus meningkat, Haidar Abu Ali, seorang duda berusia 45 tahun dari Lebanon, tiba di sebuah tempat penampungan pengungsi di wilayah pedesaan di Damaskus, ibu kota Suriah, bersama keenam anaknya setelah menempuh perjalanan berbahaya dengan berjalan kaki.
SOUNDBITE 1 (Bahasa Arab): HAIDAR ABU ALI, Pengungsi Lebanon
"Sejujurnya, saya lebih memilih mati daripada harus menyaksikan pemandangan-pemandangan mengerikan tersebut, tetapi kekhawatiran terbesar saya ada pada anak-anak saya. Prioritas saya adalah mengeluarkan mereka dari kehancuran itu karena mereka adalah yang paling berharga bagi saya. Saya hanya berharap tidak ada yang membahayakan mereka. Fokus utama saya adalah mengeluarkan anak-anak saya dari tempat itu."
Kekerasan yang semakin meningkat dan aksi pengeboman tiada henti membuat Abu Ali tidak punya pilihan selain meninggalkan semua yang pernah dia jalani sebelumnya.
SOUNDBITE 2 (Bahasa Arab): HAIDAR ABU ALI, Pengungsi Lebanon
"Kami meninggalkan rumah dengan pakaian yang kami kenakan. Sekarang, kami mencuci pakaian dan menunggunya kering agar bisa dipakai kembali. Kami bahkan tidak punya uang atau apa pun. Kami meninggalkan rumah dan datang ke sini, dan sekarang kami bahkan tidak tahu apakah rumah kami masih berdiri tegak atau sudah hancur."
Meski mengalami kesulitan, Abu Ali tetap teguh pada keinginannya untuk kembali ke rumahnya.
SOUNDBITE 3 (Bahasa Arab): HAIDAR ABU ALI, Pengungsi Lebanon
"Saya tidak ingin berada di tempat lain. Bahkan jika rumah saya hancur, saya akan tinggal di tenda di sebelahnya, setidaknya saya akan berada di tanah air saya, dengan martabat yang masih utuh."
Bagi banyak warga Lebanon, seperti Khaled Abu Malik, eskalasi kekerasan yang meningkat pesat sangatlah mengejutkan.
SOUNDBITE 4 (Bahasa Arab): KHALED ABU MALIK, Pengungsi Lebanon
"Situasi memburuk begitu cepat. Kami tidak pernah membayangkan keadaan akan mencapai titik ini. Perang di perbatasan telah berlangsung selama lebih dari setahun, tetapi eskalasi yang tiba-tiba terjadi sungguh mencengangkan. Aksi pengeboman melampaui apa pun yang pernah kami alami. Peristiwa itu sangat menegangkan, terutama bagi wanita dan anak-anak, kelompok yang paling kami khawatirkan. Yang mengejutkan adalah, ke mana kami bisa pergi? Kami tiba-tiba berada di sini, tetapi untungnya, semuanya tersedia di sini."
Kendati demikian, meski menemukan tempat yang aman untuk sementara, Abu Malik tetap ingin bisa kembali ke tanah airnya.
SOUNDBITE 5 (Bahasa Arab): KHALED ABU MALIK, Pengungsi Lebanon
"Hidup terasa terhenti di sini, tetapi masih ada harapan. Saya ingin kembali ke rumah dalam keadaan apa pun, berkumpul bersama keluarga saya. Bahkan jika seseorang meninggal, lebih baik meninggal di tanah air sendiri. Ini pertama kali kami mengungsi dari rumah. Saya belum pernah merasakan ini sebelumnya, tetapi saya merasakannya sekarang. Ini adalah perasaan yang sulit."
Bagi kedua pria tersebut, keinginan untuk kembali ke rumah, meski dalam kehancuran dan ketidakpastian, menjadi benang merah mereka.
Seperti ribuan orang lainnya, mereka memimpikan hari ketika mereka dapat membangun kembali kehidupan di tanah air mereka.
Namun untuk saat ini, mereka masih menjadi pengungsi, bergulat dengan dampak konflik yang sekali lagi mengubah hidup mereka.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Damaskus.
(XHTV)