"Dalam reformasi yang sulit dan penting, Xi mengambil keputusan final," kata seseorang yang mengetahui proses pengambilan keputusan itu. Pejabat tersebut juga mengungkapkan bahwa Xi dengan cermat meninjau setiap draf rencana reformasi utama, menyunting kata demi kata.
BERANI MENGHADAPI TANTANGAN MESKI TERDAPAT RISIKO
Reformasi yang dipimpin oleh Xi didasarkan pada pertimbangan bijaksana yang berasal dari pengalamannya selama bertahun-tahun, dengan rangkaian lengkap desain tingkat atas.
Xi mengutip peribahasa China kuno yaitu "membuang yang usang untuk menggantinya dengan yang baru" guna menyerukan tindakan, meyakini bahwa reformasi dan inovasi adalah gen budaya yang melekat pada bangsa China.
Untuk hal-hal yang perlu diubah, Xi menuntut tindakan tegas, mendesak terciptanya kondisi untuk reformasi bahkan ketika kondisi tersebut belum ada. Tugas-tugas yang harus dilakukan tersebut termasuk menyingkirkan semua kelemahan yang membatasi vitalitas entitas bisnis dan menghalangi peran penuh pasar.
Dengan cakupan, skala, dan intensitas yang belum pernah terjadi sebelumnya, reformasi Xi di antaranya mencakup bidang ekonomi, politik, budaya, masyarakat, ekologi, pembangunan Partai, pertahanan nasional, dan militer.
Xi mengembangkan sebuah metodologi untuk reformasi di era baru, yakni menangani dengan baik hubungan antara membebaskan pikiran dan menemukan kebenaran dari fakta, antara membuat kemajuan secara menyeluruh dan menciptakan terobosan di bidang-bidang utama, antara desain tingkat atas dalam suatu sistem dan mengambil langkah dengan penuh pertimbangan sebelum melanjutkannya di konteks yang baru, antara bersikap berani dan mempertahankan langkah yang stabil, serta menyeimbangkan reformasi, pembangunan, dan stabilitas.
Xi menekankan untuk mewujudkan reformasi dengan cara yang sistematis, holistik, dan terkoordinasi seraya menghormati semangat perintis rakyat. Para pejabat juga diinstruksikan untuk "membangun sistem yang baru sebelum menghapus yang lama" serta memastikan waktu dan intensitas reformasi yang tepat untuk memberikan efek yang baik.
Kurang dari 20 hari setelah resmi menduduki posisi tertinggi, Xi mengawasi perumusan "keputusan delapan poin" tentang peningkatan perilaku kerja para pejabat Partai dan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah kronis seperti perlakuan istimewa bagi pejabat, jamuan resmi yang berlebihan, dan berbagai bentuk pemborosan dalam birokrasi. Regulasi ini kemudian dipuji sebagai "titik balik" bagi tata kelola pemerintahan China.
Atas dasar itu, Xi memprakarsai "badai" antikorupsi, atau gerakan intensif dan luas untuk memerangi korupsi, yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dia mengatakan bahwa perang melawan korupsi bermanfaat untuk membersihkan "ekosistem politik" dan "ekosistem ekonomi," serta kondusif untuk meluruskan tatanan pasar dan mengembalikan pasar ke kondisi yang semestinya, ungkapnya.
Kampanye antikorupsi "toleransi nol" terus bergaung. Selama setahun terakhir, kampanye ini telah menciptakan dampak signifikan di berbagai sektor, termasuk keuangan, pasokan biji-bijian, perawatan kesehatan, pengembangan dan manufaktur semikonduktor, dan olahraga.
Ratusan pejabat tinggi pemerintah, eksekutif bank, dan direktur rumah sakit, bahkan sejumlah tokoh seperti presiden Asosiasi Sepak Bola China (Chinese Football Association) dan mantan pelatih kepala tim nasional sepak bola pria negara itu telah diinvestigasi atau didakwa.
Xi menganjurkan kebutuhan untuk mereformasi Partai, menyerukan untuk melakukan "revolusi internal yang paling menyeluruh."
Xi Jinping mengunjungi pertanian hutan Saihanba di Provinsi Hebei, China utara, pada 23 Agustus 2021. (Xinhua/Xie Huanchi)
Di bawah kepemimpinannya, sebuah sistem tata kelola internal Partai yang lengkap dan akurat dibangun, dan sebuah sistem regulasi Partai yang kuat mulai terbentuk. Xi menyempurnakan sistem inspeksi dan membangun sistem pengawasan nasional, yang "membatasi kekuasaan dalam suatu kerangka institusional."
Xi juga memprakarsai sebuah reformasi pada Partai dan lembaga-lembaga negara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Reformasi tersebut menjadi yang paling menarik perhatian dalam proses reformasi keseluruhan China, kata Li Junru, mantan wakil presiden Sekolah Partai Komite Sentral CPC. "Xi menggunakan reformasi untuk mengatasi berbagai tantangan unik yang dihadapi Partai dan untuk membangun sebuah partai politik Marxis yang lebih kuat dan lebih berkuasa," katanya.
Reformasi ini meruntuhkan lebih lanjut kepentingan-kepentingan pribadi. Xi menyerukan tekad untuk "mengorbankan kepuasan segelintir orang alih-alih mengecewakan 1,4 miliar rakyat China."
Dia mendorong revolusi internal Partai untuk memandu perubahan sosial. Inisiatif itu pun diambil oleh Partai untuk menyingkirkan segala kekurangan institusional dalam pembangunan sosial guna membuka kekuatan produktif, tutur Liu Bingxiang, seorang profesor di Sekolah Partai Komite Sentral CPC.
Dalam hal ini, Xi telah mengadvokasi untuk sepenuhnya memajukan tata kelola pemerintahan yang berbasis hukum, berupaya keras memecahkan masalah-masalah lama tentang kekuasaan yang berada di atas hukum dan hubungan pribadi yang mengalahkan prinsip-prinsip hukum.
Selain itu, sistem hukum untuk hak kekayaan intelektual juga disempurnakan. Dalam sebuah kasus pada 2020, legenda bola basket AS Michael Jordan memenangkan gugatan hukum di Shanghai, dan sebuah perusahaan China diperintahkan untuk berhenti menggunakan kata "Qiao Dan", terjemahan bahasa Mandarin dari "Jordan", dalam nama dan merek dagang produknya.
Reformasi Xi tidak hanya mengarah pada transformasi ekonomi. Dia telah menegaskan bahwa esensi modernisasi terletak pada modernisasi manusia. Memupuk "rasa percaya diri terhadap budaya sendiri dan kebanggaan nasional" di dalam diri rakyat China menjadi tujuan utama reformasi.
Pada 2012, Xi memasukkan poin "kepercayaan diri terhadap budaya" ke dalam laporan Kongres Nasional CPC ke-18. Dia kemudian mengintegrasikan konsep ini ke dalam "Empat Keyakinan" sosialisme dengan karakteristik China, menggambarkan kepercayaan diri terhadap budaya sebagai "kekuatan yang lebih mendasar, lebih mendalam, dan kekal."
Reformasi Xi juga menandakan penyesuaian Marxisme untuk beradaptasi dengan era baru, mengintegrasikan prinsip-prinsip dasarnya dengan realitas spesifik dan budaya tradisional adiluhung China. Hasilnya, reformasi China kini mengandung makna filosofis baru.
Dalam Pesan Tahun Baru 2017 yang disampaikannya, Xi menyatakan bahwa "kerangka kerja utama reformasi, yang menyerupai 'empat balok dan delapan pilar' sebuah rumah, pada dasarnya sudah dibangun di berbagai bidang." Bagi mereka yang akrab dengan arsitektur tradisional China, ini menandakan bahwa struktur utama rumah tersebut telah terbentuk dan siap untuk disempurnakan lebih lanjut.
Xi telah menuntun reformasi ke arah tujuan yang menyeluruh, yakni menjunjung dan menyempurnakan sistem sosialisme dengan karakteristik China serta memodernisasi sistem dan kapasitas pemerintahan China.
Tentu saja, mewujudkan hal ini membutuhkan proses yang panjang dan menantang.
HANYA REFORMIS YANG BISA MAJU, HANYA INOVATOR YANG BISA BERKEMBANG
Pada tahun ketika Xi resmi menduduki posisi tertinggi, tingkat pertumbuhan ekonomi tahunan China sedang mengalami penurunan hingga di bawah 8 persen untuk pertama kalinya sejak 1999.
Krisis utang di Eropa sangat merugikan perdagangan luar negeri China dan regulasi real estat telah menyeret turun permintaan domestik. Seorang analis bank asing bahkan menyatakan bahwa saat itu "ekonomi China sedang menghadapi masa-masa paling kritis dalam hampir 30 tahun terakhir."
Tak terpengaruh, Xi tetap menetapkan arah reformasinya. Dia meyakini bahwa pembangunan masih memegang kunci untuk menyelesaikan semua masalah, dan menjadikan peningkatan pembangunan sebagai prioritas utama dalam agenda reformasinya.
Xi menuturkan bahwa ekonomi China telah memasuki tahap pembangunan yang baru dan mengusulkan filosofi pembangunan baru yang bercirikan pertumbuhan yang inovatif, terkoordinasi, hijau, terbuka, dan menguntungkan bagi semua. Dia memprakarsai reformasi struktural sisi penawaran, mendorong ekonomi menuju pembangunan berkualitas tinggi, dan bergerak maju untuk membangun pola pembangunan baru.
Berbicara kepada para pejabat tentang pentingnya reformasi untuk mengoptimalkan struktur pasokan, Xi menyinggung kisah turis China yang membeli dudukan toilet pintar dan alat penanak nasi di luar negeri sebagai contoh, karena saat itu mereka tidak dapat menemukan produk inovatif atau berkualitas tinggi seperti itu di pasar dalam negeri. Sedangkan pada saat yang sama, beberapa produsen di dalam negeri justru kesulitan mencari pembeli.
Guna mendorong reformasi struktural sisi penawaran, Xi memandu lewat teladan dengan pandangan yang jauh ke depan. Satu dekade lalu, sebagian besar mobil di jalan-jalan di China merupakan kendaraan berbahan bakar minyak (BBM). Pada 2014, saat melakukan inspeksi ke SAIC Motor, perusahaan otomotif besar di China, Xi menekankan pentingnya mengembangkan produk yang mampu memenuhi beragam kebutuhan dan menyoroti pentingnya kendaraan energi baru (new energy vehicle/NEV) guna memperkuat posisi China di sektor otomotif.