JUDUL: USAID gelontorkan 130 juta dolar AS untuk pembangunan Mesir
SHOOTING TIME: Dokumentasi
DATELINE: 14 Juni 2024
DURASI: 00:00:43
LOKASI: Kairo
KATEGORI: EKONOMI
SHOTLIST:
1. Berbagai cuplikan unggahan USAID Mesir di Facebook
2. Berbagai cuplikan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Kairo
3. Berbagai cuplikan Menteri Kerja Sama Internasional Mesir Rania Al-Mashat berbicara
STORYLINE:
Amerika Serikat (AS) dan Mesir pada Kamis (13/6) menandatangani delapan perjanjian pendanaan, dengan Badan Pembangunan Internasional AS (U.S. Agency for International Development/USAID) akan memberikan hibah senilai 130 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp16.286) kepada Mesir untuk mendukung pembangunan negara tersebut.
Perjanjian itu ditandatangani oleh Menteri Kerja Sama Internasional Mesir Rania Al-Mashat dan Duta Besar AS untuk Mesir Herro Mustafa Garg di Kairo, ibu kota Mesir.
Al-Mashat mengatakan bahwa hibah pembangunan yang "diberikan kepada Mesir tanpa syarat pengembalian" ini akan diarahkan ke beberapa sektor prioritas, termasuk tata kelola ekonomi yang inklusif, pendidikan, kesehatan, pengembangan agrobisnis, aksi iklim, dan solusi pengelolaan air, demikian menurut sebuah pernyataan dari Kementerian Kerja Sama Internasional Mesir.
Pendanaan ini diberikan "dengan pertimbangan hubungan strategis antara Mesir dan AS yang telah terjalin selama beberapa dekade," imbuh pernyataan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan dari Kedutaan Besar AS di Mesir, Garg menegaskan kembali "komitmen jangka panjang pemerintah AS untuk menciptakan peluang ekonomi dan memperbaiki kondisi bagi seluruh rakyat Mesir."
Berbagai program dan kemitraan komprehensif USAID sepenuhnya selaras dengan strategi nasional Mesir untuk menumbuhkan ekonomi dan meningkatkan taraf hidup, demikian pernyataan dari Kedutaan Besar AS.
Dalam beberapa tahun terakhir, Mesir dilanda kekurangan mata uang asing yang dibutuhkan untuk keperluan impor, yang menyebabkan devaluasi mata uang domestik dan munculnya pasar paralel. Situasi ini memicu inflasi tinggi dan meroketnya harga di negara dengan populasi terbesar di antara negara-negara Arab tersebut.
Krisis ini semakin parah setelah konflik Israel-Hamas pecah pada Oktober tahun lalu, yang berdampak pada sektor pariwisata Mesir dan mengurangi separuh pendapatan negara itu dari Terusan Suez.
Namun, Mesir belum lama ini mencatat masuknya dana asing dalam jumlah besar setelah pada Februari lalu menandatangani kesepakatan investasi senilai 35 miliar dolar AS dengan Uni Emirat Arab untuk membangun sebuah kota resor baru, Ras Al-Hekma, di pesisir utara Mesir.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Kairo.
(XHTV)