Sebuah bangunan sekolah yang rusak terlihat di kamp Nuseirat di Jalur Gaza tengah pascaserangan udara Israel pada 6 Juni 2024. (Xinhua/Marwan Dawood)
Serangan udara yang dilancarkan pada malam hari oleh Angkatan Udara Israel tersebut menyasar sebuah sekolah yang dikelola oleh UNRWA, lembaga PBB yang menangani pengungsi Palestina, menewaskan sedikitnya 40 orang, termasuk 14 anak, menurut laporan CNN.
WASHINGTON, 6 Juni (Xinhua) -- Serangan udara oleh pasukan Israel yang dilaporkan menewaskan sedikitnya 40 orang di sebuah sekolah yang dikelola Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Gaza tengah tidak melanggar apa yang disebut sebagai "garis merah" yang ditetapkan Amerika Serikat (AS) untuk Israel, demikian disampaikan oleh juru bicara Departemen Luar Negeri (Deplu) AS, Matthew Miller, pada Kamis (6/6).
Miller menegaskan kembali kepada para wartawan dalam sebuah konferensi pers di Deplu AS bahwa "garis merah" Washington terkait operasi militer Israel mengacu pada "operasi skala besar di Rafah," yang menurutnya belum terlihat dari sudut pandang AS.
"Meski demikian, kami telah menyaksikan serangan yang membahayakan warga sipil jauh sebelum presiden mengatakan hal itu, dan kami telah menjelaskan kepada pemerintah Israel bahwa kami berharap mereka melakukan segala sesuatu yang dapat mereka lakukan untuk meminimalkan kerugian terhadap warga sipil," ujar Miller.
Serangan udara yang dilakukan pada malam hari oleh Angkatan Udara Israel tersebut menyasar sebuah sekolah yang dikelola oleh UNRWA, lembaga PBB yang menangani pengungsi Palestina, menewaskan sedikitnya 40 orang, termasuk 14 anak, menurut laporan CNN yang mengutip kantor media pemerintah yang dikelola Hamas di Gaza. Sekolah itu menampung para pengungsi di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah saat insiden itu terjadi.
Berkenaan dengan analisis CNN yang menyatakan bahwa amunisi yang dipasok AS digunakan selama pengeboman dari udara, Miller mengatakan bahwa pertanyaan itu sebaiknya ditanyakan kepada pemerintah Israel. Dia menambahkan bahwa Israel hanya menyampaikan kepada AS "hal-hal yang juga telah mereka katakan kepada publik" terkait insiden tersebut sejauh ini.
Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa negaranya tidak akan memasok senjata ke Israel jika senjata tersebut akan digunakan untuk menyakiti warga sipil.
Militer Israel mengatakan bahwa sekolah itu digunakan oleh "teroris Hamas dan Jihad Islam" sebagai basis operasi untuk melancarkan serangan terhadap Israel.
Serangan Israel itu menyasar "20 hingga 30 teroris" di dalam kompleks sekolah tersebut, kata Peter Lerner, juru bicara militer Israel, seraya menambahkan bahwa berbagai upaya telah dilakukan agar operasi tersebut berjalan "seakurat mungkin (untuk) membatasi jumlah korban sipil."
Berharap pemerintah Israel akan merilis lebih banyak informasi, Miller mengatakan dalam konferensi pers tersebut bahwa AS berharap Israel akan "sepenuhnya transparan dalam memublikasikan informasi itu." Selesai