Foto dari udara yang diabadikan pada 6 Juni 2022 ini menunjukkan lahan terasering Majiayuan di Wilayah Otonom Etnis Hui Zhangjiachuan di Tianshui, Provinsi Gansu, China barat laut. (Xinhua/Chen Bin)
CHANGSHA, 22 September (Xinhua) -- Konsensus soal konservasi dan pengembangan lahan terasering yang berkelanjutan diumumkan dalam sebuah konferensi yang digelar di Provinsi Hunan, China tengah.
Ajang yang menarik lebih dari 100 partisipan dari China, Inggris, Amerika Serikat, Thailand, Rwanda, Pakistan, dan negara-negara lainnya, dan mengusung tema "Dari Lahan Terasering Ziquejie untuk Dunia: Pertukaran Budaya Pertanian Global dan Konferensi Pembelajaran Bersama" (From Ziquejie Terraces to the World: Global Farming Culture Exchange and Mutual Learning Conference) itu diadakan pada Rabu (20/9).
Berbagai diskusi mengenai perlindungan dan pewarisan warisan pertanian, pengembangan wisata budaya, serta perlindungan dan pemulihan ekosistem digelar di ajang itu.
Menyoroti peran penting yang dimainkan oleh lahan terasering dalam pasokan pangan dan perlindungan keanekaragaman hayati, semua pihak menyepakati bahwa perlindungan lahan terasering dan pembangunan berkelanjutan di daerah-daerah sekitarnya harus menjadi tujuan bersama.
Lahan Terasering Ziquejie di wilayah Xinhua, lokasi penyelenggaraan konferensi itu, merupakan salah satu Sistem Warisan Pertanian Penting Global (Globally Important Agricultural Heritage Systems) dan Struktur Irigasi Warisan Dunia (World Heritage Irrigation Structures) yang masing-masing ditetapkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) dan Komisi Internasional Bidang Irigasi dan Drainase (International Commission on Irrigation and Drainage).
Sejauh ini, total 78 sistem telah dicantumkan sebagai situs warisan pertanian oleh FAO, yang mana China menempati peringkat teratas dengan 19 sistem. Selesai