Seorang anak berlindung di ruang terbuka dekat pusat gempa di Desa Amizmiz di Maroko, pada 10 September 2023. (Xinhua/Wang Dongzhen)
Meski sebagian besar negara mencapai kemajuan dalam hal tingkat kelulusan sekolah dasar, angka putus sekolah mengalami penurunan di satu dari 10 negara antara 2015 hingga 2020. Selain itu, setidaknya satu dari tiga negara mengalami kemunduran dalam hal kemahiran pembelajaran dan guru terlatih di tingkat prasekolah dasar maupun tingkat sekolah dasar.
PBB, 18 September (Xinhua) -- Separuh jalan menuju implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG), hanya sepertiga dari target terkait anak yang berjalan sesuai rencana, tunjuk sebuah laporan baru Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) yang dirilis pada Senin (18/9).
Target terkait anak yang telah mencapai 50 persen hanya dirasakan oleh 6 persen dari populasi anak dunia, atau 150 juta anak, yang tinggal di 11 negara saja, ungkap laporan bertajuk "Kemajuan Kesejahteraan Anak: Memusatkan Hak-Hak Anak dalam Agenda 2030" (Progress on Children's Well-Being: Centring child rights in the 2030 Agenda).
Jika kemajuan yang diharapkan terus berlanjut, hanya 60 negara, atau hanya 25 persen dari keseluruhan populasi anak, yang akan memenuhi target SDG mereka pada 2030, sedangkan sekitar 1,9 miliar anak di 140 negara akan tertinggal, papar laporan tersebut.
Saat ini, seorang anak yang lahir di negara berpendapatan rendah memiliki kemungkinan tujuh kali lipat lebih besar untuk tinggal di sebuah negara yang memerlukan percepatan SDG terkait anak dibandingkan dengan anak yang lahir di negara berpendapatan tinggi.
Secara global, dari 48 target SDG terkait anak, 33 persen di antaranya berjalan sesuai rencana (setidaknya terpenuhi 50 persen), sementara 19 persen lainnya tertinggal dari rencana (terpenuhi kurang dari 50 persen). Sebanyak 48 persen sisanya kekurangan data.
Di negara-negara berpendapatan tinggi, 36 persen terkonfirmasi berjalan sesuai rencana dan 8 persen tertinggal dari rencana. Sebaliknya, di negara-negara berpendapatan rendah, 19 persen terkonfirmasi berjalan sesuai rencana dan 37 persen terkonfirmasi tertinggal dari rencana.
Seorang anak menerima satu dosis vaksin polio saat kampanye antipolio di Provinsi Jawzjan, Afghanistan, pada 29 Agustus 2023. (Xinhua/Zekrullah Yazdani)
Berbagai sektor dan indikator menunjukkan jalur yang berbeda-beda, mulai dari kemajuan besar hingga peningkatan yang lambat, atau dalam beberapa kasus, kemunduran yang tidak menguntungkan, urai laporan tersebut.
Secara global, telah terjadi penurunan angka kematian anak (usia satu hingga empat tahun) yang signifikan, yang menurun sebesar 59 persen sejak 2000. Dalam hal imunisasi, cakupan imunisasi global menunjukkan peningkatan yang stabil sejak 2000.
Meski sebagian besar negara mencapai kemajuan dalam hal tingkat kelulusan sekolah dasar, angka putus sekolah mengalami penurunan di satu dari 10 negara antara 2015 hingga 2020. Selain itu, setidaknya satu dari tiga negara mengalami kemunduran dalam hal kemahiran pembelajaran dan guru terlatih di tingkat prasekolah dasar maupun tingkat sekolah dasar.
"Tujuh tahun lalu, dunia berjanji akan memberantas kemiskinan, kelaparan, dan kesenjangan, serta memastikan bahwa semua orang, terutama anak-anak, memiliki akses mendapatkan layanan dasar yang berkualitas," ujar Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell dalam sebuah rilis pers. "Namun, separuh jalan menuju Agenda 2030, kita kehabisan waktu untuk mewujudkan janji SDG menjadi kenyataan. Konsekuensi dari tidak tercapainya tujuan-tujuan tersebut akan terukur pada kehidupan anak-anak dan keberlanjutan planet kita. Kita harus kembali ke jalur yang benar, dan hal itu dimulai dengan mengutamakan anak-anak dalam upaya percepatan pencapaian SDG."
Laporan tersebut dirilis bertepatan dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) SDG yang diadakan di New York di sela-sela Debat Umum Majelis Umum PBB tahun ini.
Ketika para pemimpin dunia mengkaji kemajuan dalam SDG, UNICEF meminta mereka untuk membangun komitmen politik di tingkat nasional, menetapkan target yang ambisius dan realistis, serta mengambil tindakan.
"Banyak hal bisa terjadi dalam tujuh tahun," tutur Russell. "Kita bisa memperbarui dan memfokuskan kembali upaya-upaya kita dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih adil dan sehat bagi semua orang. Namun, untuk melakukan hal ini, para pemimpin dunia harus menjadi pembela anak-anak serta menempatkan hak-hak anak sebagai inti dari kebijakan dalam negeri dan agenda penganggaran mereka." Selesai.