Foto yang diabadikan pada 8 September 2023 ini menunjukkan gedung Nanning International Conference and Exhibition Center di Nanning, Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan. (Xinhua/Cao Yiming)
Oleh penulis Xinhua Huang Yaoteng dan Zheng Bofei
NANNING, 15 September (Xinhua) -- Selama dua dekade terakhir, kemitraan antara China dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah berkembang menjadi kemitraan yang dinamis dan sarat manfaat di kawasan Asia-Pasifik. Hal ini menjadi contoh cemerlang bagi upaya membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia.
Berbagai forum dan acara multilateral telah digelar guna membangun konsensus yang lebih besar dalam memperdalam kerja sama bilateral dan menjajaki peluang-peluang baru.
China-ASEAN Expo, yang akan berlangsung pada 16 hingga 19 September di Nanning, ibu kota Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, China selatan, menjadi saksi perjalanan luar biasa mengarungi "Dekade Emas" dan "Dekade Berlian" sejak diluncurkan pada 2004. Kini, acara tersebut menghadirkan sebuah dekade baru yang penuh dengan peluang.
Pameran tahun ini diharapkan dapat mengonsolidasikan fondasi yang kuat bagi peningkatan kerja sama ekonomi regional dan semakin memperkuat hubungan China-ASEAN.
Pada November 2021, China dan ASEAN meningkatkan hubungan mereka menjadi kemitraan strategis komprehensif, yang menandai tonggak sejarah baru dalam sejarah hubungan bilateral China-ASEAN, serta menyuntikkan dorongan baru ke dalam perdamaian, stabilitas, kemakmuran, dan pembangunan di kawasan tersebut serta seluruh dunia.
Didorong oleh pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas China-ASEAN dan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Comprehensive Economic Partnership/RCEP), China dan ASEAN terus bekerja sama untuk mempertahankan kelancaran arus perdagangan, meningkatkan investasi bersama, membuka pasar yang lebih luas bagi satu sama lain, serta mengembangkan rantai industri, pasokan, dan nilai yang sangat terintegrasi.
Kedua belah pihak menjadi mitra dagang utama bagi satu sama lain selama tiga tahun berturut-turut. Pada paruh pertama tahun ini, ASEAN masih tercatat sebagai mitra dagang terbesar China, dengan perdagangan barang bilateral naik 5,4 persen secara tahunan (year on year) menjadi 3,08 triliun yuan (1 yuan = Rp2.110), atau sekitar 428 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.357).
Di tengah lambatnya pemulihan ekonomi global dan meningkatnya instabilitas serta ketidakpastian di pasar internasional, China justru tampil dengan resiliensinya. Negara itu muncul sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat dan terus berperan sebagai mesin pertumbuhan utama. Dana Moneter Internasional (IMF) baru-baru ini memproyeksikan perekonomian China tumbuh sebesar 5,2 persen tahun ini.
China tetap berkomitmen teguh pada keterbukaan tingkat tinggi dan pembentukan lingkungan bisnis kelas dunia yang berorientasi pasar yang diatur oleh kerangka hukum yang kokoh. Pembangunan dan modernisasi China yang berkualitas tinggi merupakan keuntungan besar bagi ASEAN dan dunia pada umumnya.
Menjaga hubungan yang kuat dan langgeng, China dan ASEAN merupakan tetangga yang baik, saudara yang baik, sekaligus mitra yang baik. Sebagai mitra utama dalam Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI), negara-negara ASEAN merasakan manfaat nyata dari kerja sama ini.
Salah satu contohnya adalah proyek Jalur Kereta China-Laos. Sejak diluncurkan pada Desember 2021, jalur kereta itu menangani 20,9 juta perjalanan penumpang dan 25,36 juta ton kargo per 3 September, menurut data yang dirilis oleh China State Railway Group Co., Ltd.
China-ASEAN Expo menunjukkan komitmen yang mendalam dan langgeng untuk terus memperkuat hubungan bilateral serta bersama-sama berupaya mewujudkan masa depan yang lebih cerah dan saling terhubung. Selesai