JUDUL: Politisi Zimbabwe sebut hegemoni AS di Afrika jadi alat untuk eksploitasi
DATELINE: 14 September 2023
DURASI: 00:01:13
LOKASI: Harare
KATEGORI: POLITIK
SHOTLIST:
1. Berbagai cuplikan wawancara
2.SOUNDBITE 1 (Bahasa Inggris): LINDA MASARIRA, Presiden Partai Labour, Economists and African Democrats (LEAD)
3. Berbagai cuplikan warga Zimbabwe memprotes sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat
4.SOUNDBITE 2 (Bahasa Inggris): LINDA MASARIRA, Presiden Partai Labour, Economists and African Democrats (LEAD)
STORYLINE:
Seorang pemimpin partai politik Zimbabwe mengatakan hegemoni Amerika Serikat (AS) di Afrika menjadi katalisator ketidakstabilan di kawasan itu.
Pernyataan itu disampaikan oleh Linda Masarira, Presiden Partai Labor, Economists and African Democrats (LEAD), yang juga mengatakan bahwa hegemoni AS menjadi alat untuk mengeksploitasi sumber daya di negara-negara Afrika.
SOUNDBITE 1 (Bahasa Inggris): LINDA MASARIRA, Presiden Partai Labour, Economists and African Democrats (LEAD)
"Mereka mencoba bersandiwara seolah-olah mereka sedang melakukan 'misi perdamaian', tetapi kita semua tahu bahwa selama melakukan 'misi perdamaian' yang mereka bicarakan itu, mereka sibuk menjarah sumber daya Afrika. Kami kini sangat menyadari operasi semacam itu, dan kami sebenarnya memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa kami melindungi negara kami dari intervensi AS."
Masarira juga mengatakan AS menggunakan sanksi selama dua dekade terhadap Zimbabwe sebagai senjata untuk mencapai tujuan kebijakan luar negerinya sendiri.
Dia menyerukan sistem Afrosentris di benua itu guna melindungi kepentingan masyarakat Afrika.
SOUNDBITE 2 (Bahasa Inggris): LINDA MASARIRA, Presiden Partai Labour, Economists and African Democrats (LEAD)
"Kami harus menciptakan sistem Afrosentris kami sendiri yang melindungi masyarakat Afrika, yang melindungi sumber daya mineral kami, serta yang menginspirasi pembangunan manusia yang berkelanjutan, pertumbuhan manusia yang berkelanjutan, dan menumbuhkan ekonomi kami untuk memberi manfaat bagi masyarakat Afrika."
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Harare.
(XHTV)