Oleh Abdul Azis Said
JAKARTA, 15 September (Xinhua) -- Akid (37) menempuh perjalanan sejauh ribuan kilometer dari kampung halamannya di Kajang, Malaysia, untuk bisa sampai di Tangerang pada akhir pekan lalu. Tujuannya bukanlah untuk berlibur, melainkan menyalurkan hobinya menggambar mural di tembok pinggir jalan.
Bersama 63 seniman lainnya dari dalam dan luar negeri, Akid berpartisipasi dalam ajang The Epicentrum Art Festival. Kegiatan yang dilakukan adalah menggambar bersama di dinding pembatas yang total panjangnya mencapai 2,5 kilometer di sepanjang Jalan Raya Legok-Karawaci, Kabupaten Tangerang. Dari seluruh seniman yang berpartisipasi, delapan di antaranya merupakan warga negara asing dari enam negara, yaitu Ukraina, Korea Selatan, Kolombia, Thailand, Malaysia, dan Filipina.
Seorang seniman menggambar grafiti di dinding sebagai bagian dari The Epicentrum Art Festival di Tangerang, Provinsi Banten, pada 13 September 2023. The Epicentrum Art Festival adalah festival mural dan grafiti internasional yang diadakan pada 10-17 September di sepanjang Jalan Raya Legok-Karawaci dan diikuti oleh beberapa negara seperti Kolombia, Ukraina, Thailand, Filipina, Korea Selatan, Malaysia, dan Indonesia. (Xinhua/Agung Kuncahya B.)
Festival itu berlangsung pada 10-17 September 2023. Selama periode tersebut, seniman dibebaskan untuk melukis kapan saja, pada pagi hingga malam hari. Akid sendiri biasanya berangkat dari penginapan di Wisma Atlet Modernland Tangerang pada pagi hari saat sinar matahari belum terlalu terik, beristirahat di tengah hari saat cuaca panas, dan kembali ketika cuaca lebih bersahabat pada sore hari. Jarak yang ditempuhnya ke lokasi menggambar mural hanya kurang dari 1 kilometer.
Akid mendapat jatah melukis di tembok sebuah pabrik percetakan yang panjangnya belasan meter. Jarak tembok dengan badan jalan hanya kurang dari satu meter, sehingga matanya bisa menangkap dengan jelas keramaian saat kendaraan berlalu-lalang. Suasana itulah yang kemudian dituangkan menjadi gambar yang menunjukkan seorang perempuan yang berkendara tanpa mengenakan helm hingga pedagang makanan keliling. Tema lukisan yang dipilih masih sesuai dengan tema utama yang sudah ditentukan panitia, yakni olahraga dan budaya.
Sesekali tertawa, terlihat jelas bahwa Akid sangat antusias menceritakan hasil lukisannya meski kedatangannya kali ini ke Indonesia bukanlah yang pertama. Tahun lalu, dia juga mengikuti acara serupa dan melukis seorang ayah dan anak di tiang beton penyangga jalur kereta di Kota Medan, Provinsi Sumatra Utara.
"Meski jauh dari Malaysia, saya tetap datang karena kami merasa dihargai dengan diundang langsung ke sini, apalagi diundang oleh teman sendiri," ujarnya.
Berbagai kebutuhan untuk membuat mural sudah disediakan oleh pihak penyelenggara, mulai dari cat semprot, tangga, hingga penginapan dan makanan untuk sepekan. Oleh karena itu, Akid berangkat dari Malaysia hanya dengan membawa beberapa perlengkapan pribadi beserta beberapa alat penyemprot cat kesayangannya. Acara ini bersifat sukarela sehingga tidak ada imbalan yang akan diberikan kepada para seniman.
Sementara itu, berjarak dua kilometer ke arah selatan, Ardi (23) melukis di tembok pabrik bergambar seorang anak kecil yang sedang bermain bola. Pemuda itu mendapat jatah tiga blok tembok yang panjangnya mencapai 10 meter persis di tepi jalan.
Seorang warga mengendarai sepeda motor melewati mural di dinding saat The Epicentrum Art Festival di Tangerang, Provinsi Banten, pada 13 September 2023. The Epicentrum Art Festival adalah festival mural dan grafiti internasional yang diadakan pada 10-17 September di sepanjang Jalan Raya Legok-Karawaci dan diikuti oleh beberapa negara seperti Kolombia, Ukraina, Thailand, Filipina, Korea Selatan, Malaysia, dan Indonesia. (Xinhua/Agung Kuncahya B.)
Semakin jauh ke selatan, lebih banyak pabrik dan gudang terlihat berdiri di Jalan Raya Legok-Karawaci, sehingga yang berlalu-lalang di jalan tersebut tidak hanya kendaraan pribadi, tetapi juga truk pengangkut berukuran besar. Jalan yang ramai menjadi tantangan bagi para seniman yang tidak hanya perlu berhati-hati dan menjaga diri, tetapi juga menjaga agar peralatan seperti tangga dan cat tidak tertabrak oleh kendaraan yang lewat.
"Debu jalan sebenarnya bukan masalah karena ada masker, tetapi yang cukup mengerikan adalah banyaknya truk, apalagi kalau sudah di atas pukul sembilan malam, truk melaju kencang sekali, jadi biasanya dilanjutkan keesokan harinya saja, supaya aman," kata Ardi.
Meski begitu, Ardi tetap antusias karena baginya mendapat tembok kosong untuk bisa dilukis bagaikan mendapat durian runtuh. Tidak mudah bagi seorang seniman muda berusia 23 tahun seperti dirinya untuk menggambar dengan leluasa karena sulitnya mendapat izin tempat. Alhasil, dia mengaku pernah diam-diam melukis di tembok kolong kereta, yang membuat dirinya diburu petugas keamanan.
Mendapatkan izin untuk melukis di tembok sepanjang 2,5 kilometer tentunya bukan perkara mudah jika tanpa bantuan unsur birokrat. The Epicentrum Art Festival mendapat dukungan penuh dari pemerintah lokal, dengan pemerintah dari level kecamatan pun ikut turut tangan. Beberapa bahan baku utama seperti cat pun diperoleh dari program Corporate Social Responsibility (CSR) salah satu pabrik cat yang berdiri di daerah itu.
Bagi pemerintah setempat, kehadiran para seniman bisa menjadikan Jalan Raya Legok-Karawaci sedikit lebih indah dengan gambar dan tulisan warna-warni. Jalan sepanjang kurang lebih 9 kilometer itu memang tampak tak terawat dengan kerusakan di beberapa titik serta terlihat gersang karena padatnya area perumahan, pertokoan, dan pabrik.
Sementara itu, panitia acara yang berasal dari Team 11 menilai bahwa festival tersebut tidak hanya menjadi ajang silaturahmi bagi sesama seniman, tetapi juga momentum refleksi sejarah. Jalan Raya Legok-Karawaci disebut telah menjadi salah satu saksi sejarah karena menjadi jalur untuk memasok berbagai bahan baku pembangunan kota Jakarta pada tahun-tahun awal kemerdekaan. Selesai