Lee Jae-myung, pemimpin Partai Demokrat yang merupakan oposisi utama di Korea Selatan, bersama anggota parlemen lainnya mengikuti unjuk rasa menentang pembuangan air limbah yang terkontaminasi nuklir ke laut oleh Jepang di Mokpo, Korea Selatan, pada 30 Agustus 2023. (Xinhua/NEWSIS)
Para demonstran mendesak pemerintah Korea Selatan mengajukan gugatan ke Pengadilan Internasional untuk Hukum Laut terhadap pemerintah Jepang dan mengambil langkah mendukung nelayan dan industri perikanan yang mengalami kerugian.
SEOUL, 31 Agustus (Xinhua) -- Anggota parlemen dari Partai Demokrat, oposisi utama di Korea Selatan (Korsel), pada Rabu (30/8) menggelar unjuk rasa menentang langkah Jepang yang membuang air limbah terkontaminasi nuklir ke laut.
Anggota parlemen tersebut berkumpul di alun-alun stasiun kereta di Mokpo, kota pesisir barat daya Korsel, meneriakkan slogan "Kami mengecam pembuangan air limbah Fukushima yang terkontaminasi nuklir ke laut oleh Jepang" bersama dengan warga yang bergabung dalam aksi unjuk rasa tersebut.
Para demonstran mendesak pemerintah Korsel mengajukan gugatan ke Pengadilan Internasional untuk Hukum Laut terhadap pemerintah Jepang dan mengambil langkah mendukung nelayan dan industri perikanan yang mengalami kerugian.
Lee Jae-myung, pemimpin Partai Demokrat, mengatakan dalam unjuk rasa tersebut bahwa Jepang membuang air limbah radioaktif ke laut hanya untuk menghemat biaya, dan menyebut bahwa kejahatan Jepang itu mengorbankan masyarakat di Korsel dan di seluruh dunia.
Lee Jae-myung, pemimpin Partai Demokrat yang merupakan oposisi utama di Korea Selatan, berbicara dalam unjuk rasa menentang pembuangan air limbah yang terkontaminasi nuklir ke laut oleh Jepang, di Mokpo, Korea Selatan, pada 30 Agustus 2023. (Xinhua/NEWSIS)
Lee lebih lanjut mengatakan bahwa pemerintah Korsel harus secara tegas menentang pembuangan limbah ke laut oleh Jepang, yang mengancam keselamatan seluruh umat manusia.
"Laut adalah milik seluruh umat manusia, namun Jepang mengubah laut menjadi tempat pembuangan air limbah nuklir," kata Noh Pyeong-woo, ketua federasi nelayan di Provinsi Jeolla Selatan, dalam unjuk rasa tersebut.
Dia menegaskan pembuangan air limbah Fukushima akan menimbulkan ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap seluruh umat manusia dan seluruh ekosistem, dan mendesak Tokyo untuk berhenti menimbulkan masalah bagi umat manusia dengan air limbah yang terkontaminasi nuklir.
Dilanda gempa besar dan tsunami yang terjadi pada Maret 2011, pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima mengalami pelelehan (meltdown) inti dan menghasilkan air yang tercemar zat radioaktif dalam jumlah besar dari proses pendinginan bahan bakar nuklir.
Jepang mulai membuang gelombang pertama air limbah radioaktif dari PLTN Fukushima Daiichi yang lumpuh itu ke Samudra Pasifik pada Kamis (24/8) lalu. Selesai