Foto yang diabadikan pada 5 November 2020 ini memperlihatkan mesin ECMO generasi baru Medtronic di area pameran Peralatan Medis dan Produk Kesehatan dalam Pameran Impor Internasional China (China International Import Expo/CIIE) ketiga di Shanghai, China timur. (Xinhua/Liu Ying)
Obesitas, salah satu faktor risiko ARDS, seharusnya tidak menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan pengobatan ECMO.
LOS ANGELES, 29 Agustus (Xinhua) -- Orang dewasa pengidap obesitas dapat memperoleh manfaat dari penggunaan oksigenasi membran ekstrakorporeal (extracorporeal membrane oxygenation/ECMO), bentuk bantuan pernapasan canggih, ketika menjalani perawatan intensif untuk gagal napas, menurut sebuah penelitian baru yang didanai oleh Institut Kesehatan Nasional (National Institutes of Health/NIH) Amerika Serikat (AS).
Sebelumnya, penggunaan ECMO dipertanyakan untuk pasien pengidap obesitas karena diyakini dapat mempersulit pengobatan. Namun, temuan saat ini, yang diterbitkan dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, menunjukkan bahwa pasien pengidap obesitas yang menerima ECMO untuk sindrom gangguan pernapasan akut (acute respiratory distress syndrome/ARDS) memiliki tingkat kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien nonobesitas penderita ARDS yang menerima ECMO.
Dalam penelitian ini, para peneliti secara retrospektif meninjau data 790 pasien dari 20 lebih pusat kesehatan di 10 negara yang menerima ECMO untuk ARDS, cedera paru-paru akut. Dari pasien-pasien tersebut, 320 pasien di antaranya mengidap obesitas.
Mereka menemukan 24 persen pasien pengidap obesitas meninggal di unit perawatan intensif (ICU) dibandingkan dengan 35 persen pasien nonobesitas. Para penulis tidak dapat mengontrol semua variabel di antara analisis kelompok yang lebih besar, termasuk tingkat keparahan penyakit. Namun, mereka menyimpulkan temuan ini mendukung konsep bahwa obesitas, faktor risiko ARDS, seharusnya tidak menjadi faktor dalam keputusan pengobatan ECMO.
"Hasil penelitian ini membuka sejumlah pertanyaan baru tentang bagaimana obesitas memengaruhi hasil pada penyakit kritis untuk menginformasikan pendekatan pengobatan yang berbasis bukti," ujar James P. Kiley, Direktur Divisi Penyakit Paru di Institut Jantung, Paru, dan Darah Nasional (National Heart, Lung, and Blood Institute) AS, yang mendanai penelitian ini. Selesai