Orang-orang berjalan di dekat lokasi penyelenggaraan KTT BRICS ke-15 di Johannesburg, Afrika Selatan, pada 21 Agustus 2023. (Xinhua/Zhang Yudong)
"Era unipolaritas akan segera berakhir, atau bahkan sudah berakhir," kata Sarang Shidore dalam sebuah artikel.
NEW YORK CITY, 25 Agustus (Xinhua) -- Di penghujung pertemuan puncaknya di Johannesburg, Afrika Selatan, BRICS mengumumkan perluasan keanggotaan dengan menambahkan enam negara anggota baru, yaitu Argentina, Mesir, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab, yang akan meningkatkan representasi Afrika dan Amerika Latin, serta menampilkan keragaman yang besar dari sistem politik domestik negara-negara anggota, demikian menurut artikel Quincy Institute for Responsible Statecraft, pada Kamis (24/8).
"Ekspansi ini, dan daftar tunggu yang masih panjang hingga mencapai hampir 20 negara, merupakan sinyal permintaan terhadap struktur alternatif untuk menyelesaikan tantangan bersama dan memajukan kepentingan negara-negara Global South, yang tidak terpuaskan dalam tatanan global saat ini," urai artikel yang ditulis oleh Sarang Shidore, direktur studi dan peneliti senior di lembaga tersebut.
Hampir semua negara-negara Global South di BRICS, baik lama maupun baru, tentu saja tidak anti-Amerika, dengan banyak di antaranya merupakan mitra dekat Amerika Serikat (AS) dan dua di antaranya memiliki pasukan Amerika yang ditempatkan di wilayah mereka. Namun, mereka ingin mengembangkan struktur geoekonomi alternatif yang dapat mengisi kesenjangan dan kekurangan dalam tatanan yang dipimpin oleh AS saat ini, tulis artikel tersebut.
"Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, dengan menunjuk pada keragaman kepentingan para anggota BRICS dalam sebuah konferensi pers baru-baru ini, tampaknya mengabaikan signifikansi BRICS. Jika demikian, itu adalah sebuah kesalahan," kata artikel itu menambahkan, "Sesungguhnya era unipolaritas akan segera berakhir, atau bahkan sudah berakhir." Selesai
