JUDUL: Pejabat PBB bantah narasi perangkap utang di Afrika
DATELINE: 23 Agustus 2023
DURASI: 00:02:29
LOKASI: Nairobi
KATEGORI: POLITIK/EKONOMI
SHOTLIST:
1. Berbagai cuplikan situasi jalan di Nairobi
2. Berbagai cuplikan pertemuan antara presiden Kenya dan pejabat PBB
3. SOUNDBITE 1 (Bahasa Inggris): REBECA GRYNSPAN, Sekretaris Jenderal UNCTAD
4. Berbagai cuplikan pejabat UNCTAD dan Kenya
5. SOUNDBITE 2 (Bahasa Inggris): REBECA GRYNSPAN, Sekretaris Jenderal UNCTAD
6. Berbagai cuplikan situasi jalan di Nairobi
STORYLINE:
Seorang pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membantah narasi perangkap utang di Afrika.
Rebeca Grynspan, Sekretaris Jenderal Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), mengatakan dalam sesi wawancara dengan Xinhua baru-baru ini di Nairobi bahwa "semua negara yang telah menempuh jalur pembangunan memiliki masalah utang dengan berbagai kondisi."
SOUNDBITE 1 (Bahasa Inggris): REBECA GRYNSPAN, Sekretaris Jenderal UNCTAD
"Saya tidak setuju sama sekali. Semua negara yang telah menempuh jalur pembangunan memiliki masalah utang dengan berbagai kondisi. Anda tahu, ada sejumlah negara yang terlilit utang bukan karena mereka telah mengambil pilihan yang salah, melainkan karena guncangan sistem yang berada di luar kendali kita."
Grynspan meyakini bahwa harus ada tanggung jawab nasional, regional, dan internasional atas utang publik Afrika.
Dia menambahkan bahwa ada banyak faktor eksternal yang berkontribusi terhadap meningkatnya utang publik di Afrika termasuk pandemi COVID-19, krisis Rusia-Ukraina, dan perubahan iklim.
SOUNDBITE 2 (Bahasa Inggris): REBECA GRYNSPAN, Sekretaris Jenderal UNCTAD
"Izinkan saya menyebutkan apa saja yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, ada COVID-19, perang di Ukraina, dan kemudian perubahan iklim. Kekeringan di kawasan Tanduk Afrika menyebabkan kematian jutaan hewan ternak yang penting bagi manusia serta keberlanjutan ekonomi dan ketahanan pangan mereka. Perang di Ukraina berdampak terhadap harga-harga dan inflasi di negara-negara maju memicu kenaikan suku bunga. Itu sebabnya utang kita menjadi lebih tinggi."
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Nairobi.
(XHTV)