Sejumlah spanduk KTT BRICS ke-15 terlihat di sebuah jalan di Johannesburg, Afrika Selatan, pada 17 Agustus 2023. (Xinhua/Chen Cheng)
Bagi warga Afrika Selatan, kunjungan Presiden China Xi Jinping sangat penting dalam meningkatkan dan memperkuat hubungan bilateral, termasuk hubungan perdagangan kedua negara, kata Sekretaris Jenderal Kongres Nasional Afrika Fikile Mbalula.
JOHANNESBURG, 21 Agustus (Xinhua) -- Akhir Agustus di Afrika Selatan (Afsel) terkenal dengan sore harinya yang indah, ketika matahari Afrika yang keemasan menyinari kawasan tersebut dengan kehangatan cahayanya.
Hal ini menjadi latar belakang sempurna bagi hubungan China-Afsel yang sedang berkembang, yang, seperti dikatakan oleh Presiden China Xi Jinping, "telah memasuki 'era keemasan', menikmati prospek yang luas dan masa depan yang menjanjikan."
Tahun ini menandai peringatan 25 tahun hubungan diplomatik antara China dan Afsel, dan dalam sebuah artikel resmi yang diterbitkan pada Senin (21/8) di media Afrika Selatan saat dirinya berangkat untuk menghadiri KTT BRICS ke-15 di Johannesburg serta melakukan kunjungan kenegaraan ke Afsel, Xi mengenang "lompatan perkembangan" hubungan bilateral dari sebuah kemitraan menjadi kemitraan strategis, dan kemudian menjadi kemitraan strategis komprehensif.
"Ini merupakan salah satu hubungan bilateral yang paling dinamis di antara negara-negara berkembang," kata Xi dalam artikel berjudul "Berlayarnya Kapal Raksasa Persahabatan dan Kerja Sama China-Afrika Selatan Menuju Kesuksesan yang Lebih Besar".
Foto yang dirilis oleh Institut Konfusius di Universitas Teknologi Durban pada 18 Agustus 2023 ini menunjukkan pihak fakultas dan para mahasiswa memperlihatkan karya kaligrafi yang bertuliskan "Persahabatan China-Afrika Selatan" dalam bahasa Mandarin. (Xinhua/Institut Konfusius Universitas Teknologi Durban)
Ini bukan pertama kalinya Xi menyebut persahabatan dan kerja sama China-Afsel sebagai "kapal raksasa". Pada 2015, sebelum kunjungan kenegaraan ke negara itu, Xi mengatakan dalam sebuah artikel resmi bahwa kerja sama dan persahabatan bilateral tersebut "telah berkembang dari perahu kecil menjadi kapal raksasa."
Seiring dunia menghadapi berbagai ketidakpastian dan hidup melalui berbagai perubahan yang semakin cepat yang belum pernah terjadi selama seabad, "metafora tersebut masih berlaku," kata Sifiso Mahlangu, pemimpin redaksi surat kabar terkemuka Afsel, The Star, yang menerbitkan artikel resmi Xi pada kali ini dan pada 2015 lalu.
"Kapal raksasa merupakan metafora yang bagus" karena kapal ini menerjang angin dan ombak serta "melawan arus," kata Mahlangu. "Ini adalah metafora yang sesuai dan tepat dengan janji kerja sama BRICS."
Pada Senin, negara itu dengan antisipasi penuh bersiap menyambut Xi.
"Bagi kami warga Afrika Selatan, kunjungan Presiden Xi sangat penting dalam meningkatkan dan memperkuat hubungan bilateral ... (termasuk) hubungan perdagangan antara kedua negara," ujar Sekretaris Jenderal Kongres Nasional Afrika Fikile Mbalula.
Data yang dirilis oleh China menunjukkan bahwa pada paruh pertama (H1) tahun ini, perdagangan bilateral mencapai 28,25 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.329), naik 11,7 persen secara tahunan (year on year).
China telah mempertahankan posisinya sebagai mitra dagang terbesar Afsel selama 14 tahun berturut-turut, sementara Afsel telah menjadi mitra dagang terbesar China di Afrika selama 13 tahun berturut-turut.
Foto yang diabadikan pada 31 Maret 2023 ini memperlihatkan pemandangan luar kantor Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Afrika bantuan China di Addis Ababa, Ethiopia. (Xinhua/Michael Tewelde)
Menyebut hubungan bilateral "semakin kuat," Mbalula mengatakan kepada Xinhua bahwa hubungan Afsel-China dibentuk oleh "ikatan antiimperialisme, multipolaritas yang kami berdua yakini, dan hubungan ekonomi yang kuat."
Di Johannesburg, sebuah kota di Afsel yang dikenal sebagai Kota Emas, para pemimpin BRICS akan bertemu pada 22-24 Agustus untuk mendiskusikan berbagai hal, termasuk memperdalam kerja sama BRICS, memberikan lebih banyak suara kepada negara-negara Global South, dan perluasan kelompok BRICS.
Para akademisi dan pengamat BRICS mengatakan kepada Xinhua bahwa kelompok tersebut telah mempertahankan multipolaritas dan multilateralisme sejak awal berdirinya dan telah menjadi kekuatan yang positif, stabil, dan konstruktif dalam urusan internasional, sehingga merek emasnya semakin menarik bagi negara-negara Global South.
"Di dunia yang semakin terpolarisasi, BRICS menciptakan jalan yang memungkinkan bagi negara-negara untuk membentuk tatanan politik dan ekonomi yang lebih inklusif," ujar Cavince Adhere, seorang akademisi hubungan internasional Kenya.
Bagi Anil Sooklal, sherpa BRICS Afsel, "BRICS telah menjadi katalisator untuk menyatukan negara-negara Global South."
"Ini adalah pertama kalinya dalam geopolitik saat ini Anda memiliki sebuah badan kolektif dan kuat yang mewakili suara Global South." Selesai