SEOUL, 13 Agustus (Xinhua) -- Ribuan warga umum, aktivis, dan nelayan Korea Selatan (Korsel) dari seluruh penjuru negara itu pada Sabtu (12/8) berkumpul di pusat kota Seoul untuk menggelar aksi unjuk rasa menentang keras rencana pembuangan air limbah radioaktif Jepang ke laut.
Para partisipan dalam aksi unjuk rasa tersebut meneriakkan slogan-slogan dan memegang plakat bertuliskan "Menentang keras pembuangan air limbah radioaktif ke laut" serta "Simpan di darat, jangan buang ke laut".
"Tidak ada yang tahu seberapa jauh (air limbah) akan mengalir setelah dibuang ke laut. Air limbah itu akan menghancurkan semua ekosistem, jadi akan menjadi bencana bagi seluruh umat manusia," ujar Kim Young-ran, seorang pengunjuk rasa berusia 50-an tahun, kepada Xinhua.
Kim, yang bekerja di bidang kesejahteraan sosial nelayan di kota pelabuhan Mokpo, Korsel barat daya, menyebutkan bahwa beberapa nelayan telah berhenti menangkap ikan di kota tersebut karena meningkatnya kekhawatiran bahwa pembuangan air limbah yang terkontaminasi nuklir akan segera terjadi.
Meski menuai kritik luas baik dari dalam maupun luar negeri, pemerintah Jepang tetap memaksa bahwa pada musim panas tahun ini akan membuang air limbah yang terkontaminasi nuklir dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi yang rusak pascagempa dahsyat dan tsunami susulan pada Maret 2011.
Kim Min-kyung, salah satu pengunjuk rasa berusia 20-an tahun yang juga memimpin tim ekspedisi universitas Korsel untuk menentang pembuangan air limbah radioaktif PLTN Fukushima, mengatakan kepada Xinhua bahwa banyak mahasiswa dan warga Jepang, yang dia temui di Jepang saat memimpin tim ekspedisi, menganggap pembuangan air limbah ini sebagai masalah yang sangat serius.
"Laut bukan milik Jepang saja, tetapi milik kita semua. Meski demikian, (Jepang) akan membuangnya tanpa persetujuan atau kesepakatan dari negara-negara tetangga. Saya rasa tindakan itu keterlaluan karena tidak ada yang tahu bagaimana air limbah tersebut akan memengaruhi negara kita dan negara-negara tetangga lain," tuturnya.
Mengutip laporan media bahwa seekor ikan rockfish yang ditangkap pada Mei di perairan PLTN Fukushima yang rusak ditemukan mengandung unsur radioaktif sesium-137 sebesar 18.000 becquerel per kilogram, Yeo In-doo, seorang warga Mokpo berusia 50-an tahun, mengatakan pembuangan air limbah itu akan berdampak fatal bagi seluruh ekosistem maupun nelayan, pedagang yang menjual ikan, serta masyarakat yang mengonsumsi ikan.
Yeo mengatakan Jepang harus mengambil alternatif lain, seperti menyimpannya di darat. Dia juga menyebutkan bahwa Jepang memilih cara termurah untuk membuangnya ke laut dengan bekerja sama secara diam-diam dengan Amerika Serikat.
Lima rencana pembuangan diusulkan pada 2018 oleh subkomite penanganan air olahan Sistem Pengolahan Cairan Canggih (Advanced Liquid Processing System/ALPS), sebuah badan penasihat di bawah Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Perindustrian Jepang.
Rencana-rencana yang diusulkan tersebut meliputi injeksi geosfer, penguburan bawah tanah, pelepasan hidrogen, pelepasan uap, dan pelepasan ke laut.
Diproduksi oleh Xinhua Global Service