JUDUL: PBB kecam aksi pembunuhan calon presiden Ekuador
DATELINE: 11 Agustus 2023
DURASI: 00:01:11
LOKASI: Markas PBB
KATEGORI: POLITIK
SHOTLIST:
1. Berbagai cuplikan konferensi pers
2. SOUNDBITE (Bahasa Inggris): FARHAN HAQ, Wakil Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB
3. Berbagai cuplikan para jurnalis
4. Berbagai cuplikan konferensi pers
STORYLINE:
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Kamis (10/8) menyatakan kecaman keras menyusul pembunuhan seorang kandidat presiden di Ekuador, dan meminta penegak hukum setempat untuk melakukan penyelidikan menyeluruh atas insiden tersebut.
Menurut laporan media, Fernando Villavicencio (59) secara tragis ditembak mati usai berpartisipasi dalam sebuah kampanye politik di Quito, ibu kota negara itu, pada Rabu (9/8) malam waktu setempat.
Saat berbicara kepada media di New York, Farhan Haq, Wakil Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB, menyampaikan pandangan Tim Negara PBB.
SOUNDBITE (Bahasa Inggris): FARHAN HAQ, Wakil Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB
"Sistem PBB di Ekuador, yang dipimpin oleh Koordinator Residen Lena Savelli, mengecam keras serangan terhadap calon presiden Fernando Villavicencio.
Tim negara tersebut telah menuntut penyelidikan atas kejahatan ini, sehingga tidak ada rasa impunitas, serta untuk menggandakan upaya dalam menghentikan gelombang kekerasan yang mirisnya berdampak pada seluruh penduduk negara itu.
Tim negara tersebut menambahkan bahwa peristiwa itu merupakan serangan terhadap sistem demokrasi di Ekuador, dan mereka menyampaikan rasa belasungkawa yang tulus kepada keluarga dan kerabat Fernando Villavicencio.
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk juga mengecam aksi pembunuhan tersebut. Dirinya mendesak pihak berwenang untuk meningkatkan upaya mereka dalam memperkuat langkah-langkah perlindungan bagi para kandidat politik, pejabat publik, dan jurnalis, serta untuk melindungi kehidupan dan integritas pribadi masyarakat sesuai dengan standar hak asasi manusia internasional guna menghindari terulangnya kejahatan yang begitu tragis ini."
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Markas PBB.
(XHTV)