Kebangkitan China yang pesat untuk menjadi kekuatan ekonomi dan politik dunia yang berjalinan sangat erat, dengan skala yang tidak diduga oleh siapa pun di Barat, serta masuknya (kembali) China ke dalam sejarah dunia setelah jeda hampir 200 tahun, menjadi menara suar baru pada awal abad ke-21 untuk emansipasi masyarakat Global South, yang sebagian besar masih dalam tahap eksploitasi neokolonial dan belum menemukan jalan keluar dari kemiskinan dan kepahitan.
China pada abad ke-21 menunjukkan kepada negara-negara Global South bahwa, untuk pertama kalinya, ada kemungkinan untuk memperluas modernisasi ke sebagian besar populasi dunia dan bahwa negara-negara itu sendiri dapat aktif berpartisipasi dalam proses modernisasi tersebut. Prospek seperti ini mungkin tidak terbayangkan pada paruh kedua abad ke-20.
Orang-orang mengunjungi kota kuno Jianchang pada liburan Festival Musim Semi di Xichang, Provinsi Sichuan, China barat daya, pada 27 Januari 2023. (Xinhua/Li Jieyi)
Pemulihan China telah mendorong perombakan kartu geopolitik. Landasan untuk perombakan ini pertama-tama terletak pada keberhasilan revolusi antikolonial dan sosialis China, pada skala dan kekuatan China dalam sejarah peradabannya yang berusia ribuan tahun, serta yang terpenting, pada partainya yang telah teruji dalam pertempuran.
Semua hal itu membentuk dasar independensi China dari hegemoni Amerika Serikat (AS), terutama independensinya dari sistem aliansi Barat pimpinan AS (NATO, ekspansi trans-Atlantik dan Pasifik Selatannya) serta instrumen-instrumen kekuatan ekonomi (Bank Dunia, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Dana Moneter Internasional (IMF), dan sebagainya). China adalah penulis dan arsitek dari modernisasinya sendiri dan telah menunjukkan rekam jejak yang fantastis. China telah menunjukkan bagaimana kemiskinan absolut yang membelit ratusan juta jiwa dapat diatasi, bagaimana kekuatan produktif dapat dikembangkan pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya, serta bagaimana perubahan fundamental pada kondisi kehidupan masyarakat umum dapat dicapai. Modernisasi China, atau modernitas buatan China, belum pernah terjadi sebelumnya. China berhasil mengarahkan modernisasi ke arah yang baru.
Lantas, apa ciri-ciri modernisasi China?
-- Modernisasi China terutama didasarkan pada pembangunan ekonomi, teknologi, dan ilmu pengetahuan. China merupakan pemimpin teknologi di banyak bidang dan kemungkinan besar akan semakin berperan menjadi penentu laju inovasi. China sedang berada dalam proses mengambil "jalur yang lebih efisien" daripada kapitalisme dan, di saat yang sama, mencapai "keadilan dalam masyarakat" secara lebih efektif.
-- Modernisasi China lebih dari itu. Dalam modernisasi ini, negara memainkan peranan aktif. Itulah mengapa terdapat pembahasan tentang "modernitas hibrida" dalam kasus China.
-- China telah lama menunjukkan keinginannya untuk mencapai modernisasi dalam jalur pembangunan yang damai. China merupakan satu-satunya negara yang menjadi kekuatan dunia tanpa komponen militer.
-- Modernisasi China juga berarti pembangunan menakjubkan sebuah peradaban ekologis baru. Negara ini telah lama menjadi perintis ekologi global.
-- Terakhir, namun tidak kalah penting, modernisasi China mencakup tradisi, filosofi, dan budayanya sendiri dalam proses pembangunan sosial. Kekuatan budaya menjadi elemen krusial. Perpaduan antara dinamisme ekonomi dan identitas budaya menjadikan modernisasi China kuat dalam hal peradaban. Karena China menekankan rasa hormat terhadap budayanya, keteladanannya dipandang menarik bagi negara-negara yang ingin menempuh jalur mereka sendiri setelah diabaikan secara budaya dan dieksploitasi secara ekonomi oleh Barat. Penolakan mutlak China terhadap "Westernisasi" harus ditempatkan dalam konteks ini. China dengan percaya diri mengatakan pihaknya membantah "mitos" bahwa modernisasi "sama dengan Westernisasi".
Foto menampilkan pemandangan malam di sebuah jalan pusat perniagaan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China tengah, pada 2 Juli 2022. (Xinhua/Xiao Yijiu)
Apa yang dijanjikan modernisasi China saat ini bukanlah pengucilan, pemecahbelahan, dan eksploitasi imperialis. Sebaliknya, China mengusulkan inklusi dengan proyek infrastruktur terbesar dalam sejarah, yakni Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra. China sedang berupaya mewujudkan tatanan dunia yang berdasarkan pada manfaat timbal balik bagi masyarakat, yang menerima sistem sosial yang berbeda, membentuk dasar yang rasional untuk tatanan multipolar. Masyarakat Global South, yang bersama dengan China mencakup 85 persen dari total populasi dunia, untuk pertama kalinya dapat unjuk suara. Selesai
Catatan editor: Beat Schneider adalah Profesor Emeritus Sejarah Budaya dan Desain di Universitas Seni Bern di Swiss.
Pandangan yang diungkapkan dalam artikel ini merupakan pandangan penulis dan tidak mencerminkan posisi Kantor Berita Xinhua.