This aerial photo taken on May 9, 2023 shows the container terminal at Lianyungang Port, east China's Jiangsu Province. (Photo by Wang Chun/Xinhua)
"China tidak dapat menjadi risiko, negara itu hanya dapat menjadi peluang bagi perusahaan dan negara asing," kata Mladen Plese, seorang analis politik Kroasia.
ZAGREB, 3 Juli (Xinhua) -- Berkat pasarnya yang sangat besar dan perekonomiannya yang luar biasa, China membawa peluang ketimbang risiko bagi dunia, demikian disampaikan oleh Mladen Plese, seorang analis politik Kroasia, kepada Xinhua dalam sebuah sesi wawancara pada Senin (3/7).
"China bukan hanya negara dengan populasi terbesar, tetapi juga memiliki perekonomian yang luar biasa," kata Plese, seraya menyoroti bahwa China merupakan negara pengekspor terbesar di dunia serta negara pengimpor terbesar kedua di dunia. "Karena itu, China secara signifikan memengaruhi proses ekonomi dan perdagangan dunia."
Pesatnya perkembangan perekonomian China tidak hanya membantu negara tersebut berkembang lebih baik dan lebih cepat, tetapi juga memberikan banyak peluang kepada perusahaan asing dalam menghasilkan keuntungan, ujar Plese.
Orang-orang mengunjungi Pameran (Industri) Perjalanan Internasional Makau (Macao International Travel Expo/MITE) ke-11 di Makau, China selatan, pada 30 Juni 2023. (Xinhua/Cheong Kam Ka)
"China merupakan kesempatan seumur hidup bagi banyak perusahaan di dunia. Saya yakin tidak ada satu pun perusahaan asing yang masuk ke China yang berujung dengan nasib buruk," katanya.
Oleh karena itu, "China tidak dapat menjadi risiko, negara itu hanya dapat menjadi peluang bagi perusahaan dan negara asing," imbuhnya.
Tak satu pun dari serangkaian upaya, termasuk menaikkan tarif dan memberlakukan pembatasan terhadap produk-produk China yang diterapkan Amerika Serikat (AS), dapat menghentikan perkembangan ekonomi China, ujar Plese.
Menurut pendapat Plese, kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke Beijing baru-baru ini merupakan hasil dari tekanan kuat perusahaan-perusahaan besar Amerika terhadap pemerintahan AS untuk menstabilkan hubungan dengan China sehingga mereka dapat melakukan bisnis secara normal di sana.
"Tekanan dari perusahaan-perusahaan AS membuktikan pentingnya ekonomi China," kata Plese, seraya menyoroti bahwa menurut data yang diterbitkan oleh Biro Analisis Ekonomi AS pada Februari, perdagangan barang AS-China mencapai rekor baru senilai 690,6 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.056) pada 2022.
Sejumlah pengunjung mengamati lengan mekanik cerdas di Pameran Industri Mahadata Internasional China (China International Big Data Industry Expo) 2023 di Guiyang, Provinsi Guizhou, China barat daya, pada 26 Mei 2023. (Xinhua/Tao Liang)
Selain itu, pemulihan perekonomian dunia "sebagian besar" bergantung pada China. "Ketika pemulihan China dimulai, terdapat optimisme besar di dunia, tetapi jika terjadi sedikit perlambatan, semua pihak khawatir," kata Plese. Sang analis menambahkan bahwa Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan China akan menyumbang sepertiga dari pertumbuhan ekonomi global tahun ini. Selesai