Foto yang diabadikan pada 6 Maret 2023 ini menunjukkan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi yang terlihat dari Futabacho, Futabagun, Prefektur Fukushima, Jepang. (Xinhua/Zhang Xiaoyu)
Mendesak Jepang agar menghentikan pendekatan hipokritnya terhadap pembuangan air limbah radioaktif, seorang pengamat dari Malaysian Chinese Association (MCA) mengatakan langkah Jepang itu menimbulkan risiko yang tidak dapat diterima, termasuk ancaman jangka panjang terhadap kesehatan masyarakat.
KUALA LUMPUR, 3 Juli (Xinhua) -- Rencana Jepang untuk membuang air limbah radioaktif dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi yang rusak ke laut menimbulkan risiko yang tidak dapat diterima, menurut seorang pengamat dari Malaysian Chinese Association (MCA).
Pembuangan air yang terkontaminasi akan berdampak buruk terhadap berbagai wilayah di Pasifik, termasuk negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang bergantung pada perikanan, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor, kata Wakil Ketua Biro Komunikasi dan Diplomasi Internasional MCA Neow Choo Seong.
Kontaminasi, khususnya di sektor perikanan, akan sangat berbahaya, tidak hanya berkaitan dengan kerugian yang ditimbulkannya pada kesehatan manusia akibat eksposur, terutama melalui makanan laut yang terkontaminasi logam berat, tetapi hal itu juga akan merugikan kawasan secara ekonomi karena wisatawan akan menjauh akibat persepsi negatif dan risiko nyata, sementara ekspor makanan laut akan terhenti, kata Neow memperingatkan.
"Tidak ada batasan dalam pergerakan arus laut dan biota laut pun terus bermigrasi, air limbah radioaktif ini dapat menyebar ke negara-negara tetangga dan perairan laut yang lebih luas di seluruh kawasan, termasuk negara-negara pengekspor makanan laut utama global seperti China, Vietnam, dan Thailand. Oleh karena itu, limbah ini pasti akan mencemari kehidupan laut dan rantai makanan, serta menimbulkan ancaman jangka panjang bagi kesehatan masyarakat kita," kata Neow kepada Xinhua dalam sesi wawancara baru-baru ini.
Neow menyarankan agar Malaysia menggunakan suara dan pengaruhnya di ASEAN serta platform multilateral lainnya seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengangkat masalah ini dan menjelaskan kepada Jepang bahwa banyak negara menentang langkah sepihaknya dan kurangnya transparansi seputar isu tersebut.
Sejumlah orang berunjuk rasa dalam rangka memprotes rencana pemerintah Jepang untuk membuang air yang terkontaminasi nuklir ke laut di Tokyo, Jepang, pada 16 Mei 2023. (Xinhua/Zhang Xiaoyu)
"Kurangnya transparansi terkait keputusan sepihak ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat internasional dan reaksi keras dari negara-negara tetangga, organisasi internasional, masyarakat sipil, serta komunitas nelayan di kawasan ini," lanjut Neow.
"Sebagai salah satu anggota pendiri ASEAN, Malaysia dapat memainkan peran utama melalui platform regional ini, serta platform multilateral lainnya seperti PBB untuk menyuarakan kekhawatiran kami dan mendesak Jepang agar tidak melanjutkan rencananya, sampai rencana itu terbukti aman dari segi lingkungan dan ilmiah," imbuhnya.
Jepang berencana membuang sekitar 1,3 juta ton air limbah dari PLTN Fukushima Daiichi yang mengalami kerusakan parah akibat gempa bumi pada 2011. Jepang membangun terowongan bawah air yang membentang dari wilayah pesisirnya ke Pasifik untuk tujuan tersebut.
Neow juga mendesak Jepang agar menghentikan pendekatan hipokritnya terhadap isu ini, mendesak Jepang untuk "memimpin dengan memberi contoh" dan menggunakan air limbah untuk konsumsi domestiknya sendiri jika memang aman seperti apa yang diklaimnya. Selesai