Seperti kata pepatah Arab, "mereka yang bertindak dengan sabar akan terwujud keinginannya." Perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran selalu menjadi aspirasi masyarakat di Timur Tengah. Kami menyambut baik peningkatan berkelanjutan dari hubungan Arab Saudi-Iran yang tidak hanya membuka lembaran baru dalam hubungan bilateral keduanya, tetapi juga menjadi contoh penyelesaian perbedaan melalui dialog dan konsultasi. Kita dapat melihat gelombang rekonsiliasi di antara negara-negara Timur Tengah setelahnya. Pada Maret, Suriah dan Arab Saudi mencapai kesepakatan untuk membuka kembali kedutaan besar di ibu kota masing-masing. Pada April, menteri luar negeri Suriah melakukan kunjungan pertamanya ke Arab Saudi dalam 12 tahun terakhir. Pada Mei, Presiden Suriah Bashar al-Assad kembali menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Liga Arab. Pada bulan yang sama, kita juga mendengar pengumuman tentang dimulainya kembali hubungan diplomatik antara Bahrain dan Lebanon, dan keputusan Qatar dan Bahrain melanjutkan hubungan diplomatik. Mesir dan Turki sepakat meningkatkan hubungan diplomatik dan kembali mengirim duta besar masing-masing. Kemajuan positif juga dicapai dalam proses perdamaian Yaman.
Kami secara khusus mengharapkan resolusi awal untuk masalah Palestina, mengingat itu masih menjadi isu utama di Timur Tengah. Seperti yang diketahui oleh rekan-rekan dari Indonesia, China menjadi pendukung setia perjuangan pembebasan nasional Palestina. Baru 10 hari yang lalu, Yang Mulia Mahmoud Abbas, Presiden Negara Palestina, melakukan kunjungan kenegaraan ke China. Dalam pertemuan mereka, Presiden China Xi Jinping mengajukan proposal tiga poin terkait masalah Palestina, menyoroti pembentukan negara Palestina yang merdeka, lebih banyak bantuan pembangunan dan kemanusiaan dari masyarakat internasional, serta arah yang tepat dari perundingan damai. Proposal tiga poin tersebut memperoleh sambutan hangat dan pujian dari Palestina dan negara-negara lainnya di Timur Tengah. China akan terus menjunjung tinggi keadilan dan melakukan upaya tanpa henti untuk mencapai penyelesaian yang komprehensif, adil, dan kekal terkait masalah Palestina sesegera mungkin.
Para hadirin sekalian,
Mediasi China merupakan praktik sukses dari Inisiatif Keamanan Global (Global Security Initiative/GSI) yang diusulkan oleh Presiden Xi Jinping. Dunia sedang menghadapi peningkatan tren antiglobalisasi dan konfrontasi blok, tatanan internasional yang terganggu, dan beragam tantangan bagi kerja sama regional. Menyikapi perkembangan tersebut, Presiden Xi Jinping mengusulkan Inisiatif Pembangunan Global (Global Development Initiative/GDI), Inisiatif Keamanan Global (GSI), dan Inisiatif Peradaban Global (Global Civilization Initiative/GCI), yang disambut hangat oleh seluruh dunia.
—— Inisiatif Pembangunan Global (GDI)
Pada September 2021, Presiden Xi Jinping mengajukan GDI untuk mengatasi beragam tantangan pembangunan seperti ketidakseimbangan dan kebuntuan. GDI mendukung pengutamaan pembangunan, pemusatan pada kesejahteraan masyarakat, dan peningkatan inklusivitas, inovasi, koeksistensi harmonis antara manusia dan alam, serta tindakan praktis. GDI selaras dengan aspirasi umum dunia. Dalam waktu kurang dari dua tahun, inisiatif itu telah menerima dukungan nyata dari 100 lebih negara dan organisasi internasional. Lebih dari 60 negara, termasuk Indonesia, bergabung dengan Kelompok Sahabat GDI (Group of Friends of GDI).
Selain berfokus pada pembangunannya sendiri, China juga berkomitmen terhadap pembangunan bersama di seluruh dunia. Sepuluh tahun yang lalu, Presiden Xi Jinping mengajukan Inisiatif Satu Sabuk Satu Jalan (One Belt One Road/OBOR) di Kazakhstan dan Indonesia. Inisiatif tersebut bertujuan untuk mendorong konektivitas dalam pembuatan kebijakan, infrastruktur, perdagangan, pendanaan, dan ikatan antarmasyarakat. Inisiatif itu berupaya menciptakan sinergi, menghilangkan kebuntuan, dan meningkatkan bantuan pembangunan. Dalam satu dekade terakhir, lebih dari 150 negara dan kawasan serta lebih dari 30 organisasi internasional menjadi bagian dari kerja sama OBOR, menghasilkan investasi senilai hampir 1 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp15.026) dan menciptakan 420.000 lapangan kerja. Menurut Bank Dunia, kerja sama OBOR meningkatkan perdagangan sebesar 4,1 persen dan investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) sebesar 5 persen bagi para pihak yang berpartisipasi, dan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 3,4 persen bagi negara-negara berpenghasilan rendah. Berkat OBOR, per 2030 mendatang, sebanyak 7,6 juta orang akan terbebas dari kemiskinan absolut, dan 32 juta orang akan melepaskan diri dari jerat kemiskinan moderat.
Kerja sama OBOR dalam satu dekade terakhir memperdalam kerja sama yang saling menguntungkan antara China dan negara-negara tetangga. Dalam satu dekade terakhir ini, China masih menjadi mitra dagang terbesar bagi Indonesia. Selain itu, China dan ASEAN juga menjadi mitra dagang terbesar bagi satu sama lain.
Empat hari yang lalu, Kereta Cepat Jakarta-Bandung, sebuah proyek kolaboratif antara China dan Indonesia, berhasil merampungkan uji coba dengan kecepatan mencapai 350 kilometer per jam. Saat rampung, Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan berperan besar dalam memfasilitasi pergerakan warga dan arus barang di daerah paling dinamis di Indonesia tersebut, dan juga akan meningkatkan lapangan kerja dan titik pertumbuhan ekonomi di area-area di sepanjang rute itu, yang memberikan implikasi ekonomi dan sosial lanjutan dalam skala yang lebih besar.
Dalam beberapa tahun terakhir, meski menghadapi beragam kesulitan termasuk tantangan yang tidak terduga seperti COVID-19, kendati terdapat gangguan eksternal termasuk suara-suara dari mereka yang selalu mencibir usaha patungan (joint venture) China-Indonesia namun tidak memberikan kontribusi, pemerintah Indonesia tetap tegar dalam memajukan pembangunan infrastruktur demi tujuan pembangunan ekonomi jangka panjang dan kesejahteraan masyarakat. Tim konstruksi dari China dan Indonesia bekerja sama untuk mengatasi berbagai kesulitan dalam proses pembangunan tersebut. Kami sangat mengapresiasi hal itu.
China berkomitmen kuat terhadap kerja sama pembangunan di kawasan ini. Kami juga berharap pihak-pihak lainnya akan menghargai aspirasi pembangunan negara-negara di kawasan ini, menghargai hak mereka untuk memilih jalur pembangunan yang sesuai dengan kondisi nasional mereka, dan menghormati permintaan sah mereka untuk mendorong peningkatan industri dan bergerak maju menuju level lebih tinggi dari rantai industri.