JUDUL: Bangladesh dilanda gelombang panas terpanjang dalam beberapa dekade di tengah krisis listrik
DATELINE: 21 Juni 2023
DURASI: 00:02:28
LOKASI: Dhaka
KATEGORI: MASYARAKAT/LINGKUNGAN
SHOTLIST:
1. Berbagai cuplikan suasana di Dhaka yang dilanda gelombang panas
2. SOUNDBITE (Bahasa Inggris): AHMAD KAMRUZZAMAN MAJUMDER, Departemen Ilmu Lingkungan, Universitas Stamford Bangladesh
STORYLINE:
Di tengah krisis energi yang mendera Bangladesh, negara Asia Selatan itu dilanda gelombang panas paling ekstrem sejak kemerdekaannya pada tahun 1971, yang juga disertai tingkat kelembapan yang tinggi.
Md Bazlur Rashid, ahli meteorologi di Departemen Meteorologi Bangladesh (Bangladesh Meteorological Department/BMD), menyebut pola cuaca tahun ini sangat tidak biasa, mengatakan bahwa negara itu belum pernah dilanda gelombang panas yang berkepanjangan seperti ini setidaknya dalam 50 tahun terakhir.
Ahli meteorologi itu mengatakan gelombang panas akan meningkat tahun depan karena curah hujan yang tidak menentu dan suhu yang tinggi, menimbulkan ancaman bagi Bangladesh, salah satu negara yang terdampak paling parah akibat pemanasan global.
Saat banyak orang menderita akibat gelombang panas terpanjang di Bangladesh dalam beberapa dekade, krisis listrik yang melumpuhkan negara itu telah menambah kesengsaraan bagi penduduk Bangladesh dalam beberapa bulan terakhir. Masyarakat di seluruh penjuru negeri sangat dirugikan akibat pemadaman listrik yang kian sering terjadi.
Di Dhaka, dilaporkan terjadi pemadaman listrik rata-rata selama empat hingga lima jam, dan di daerah pedesaan selama lebih dari delapan hingga sepuluh jam.
Gagal mengatasi cuaca panas yang tak tertahankan dan pemadaman listrik, pemerintah Bangladesh sebelumnya pada bulan ini terpaksa menutup sejumlah institusi pendidikan di negara tersebut hingga berhari-hari.
SOUNDBITE (Bahasa Inggris): AHMAD KAMRUZZAMAN MAJUMDER, Departemen Ilmu Lingkungan, Universitas Stamford Bangladesh
"Alasan di balik peningkatan suhu yang kami identifikasi saat ini adalah berkurangnya vegetasi, menurunnya jumlah badan air, dan bertambahnya jumlah kawasan terbangun (built-up area), serta meningkatnya jumlah kendaraan di jalanan. Industri pembuatan batu bata dan industri lainnya di sekitar Kota Dhaka adalah faktor yang sebenarnya mengendalikan tren peningkatan suhu. Jika kita berhasil mengendalikan faktor-faktor peningkatan suhu tersebut, maka kita sebenarnya dapat menurunkan suhu ke tingkat yang dapat ditoleransi. Jika tidak, dalam beberapa hari atau tahun mendatang, suhu akan kian naik. Orang-orang akan membeli lebih banyak pendingin ruangan bagi yang mampu membelinya. Namun, pada saat yang sama, kelompok berpenghasilan rendah akan lebih menderita."
Gelombang panas yang masih melanda Bangladesh meningkatkan permintaan listrik secara substansial. Negara itu saat ini menghadapi beban listrik sekitar 2.500 MW.
Seorang pejabat di Kementerian Kelistrikan Bangladesh mengatakan sedikitnya 53 dari 153 pembangkit listrik di negara itu telah ditutup dalam beberapa bulan terakhir akibat sedang dilakukan pemeliharaan atau kekurangan bahan bakar di tengah krisis dolar.
Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina belum lama ini mengimbau masyarakat Bangladesh untuk berhemat dalam menggunakan listrik dan juga hal lainnya.
Mengingat krisis listrik sudah mencapai tingkat yang tidak dapat ditoleransi, Hasina mengatakan berbagai langkah diambil untuk melanjutkan produksi listrik di beberapa pembangkit listrik yang berhenti beroperasi akibat kekurangan batu bara dan gas.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Dhaka.
(XHTV)