Warga Sudan Selatan yang telantar akibat konflik di Sudan terlihat di sebuah pusat penerimaan pengungsi di Renk County, Negara Bagian Nil Hulu, Sudan Selatan, pada 30 April 2023. (Xinhua/Denis Elamu)
Tren peningkatan dalam hal migrasi paksa global tidak menunjukkan tanda-tanda akan melambat pada 2023 seiring meletusnya konflik di Sudan memicu arus keluar baru, sehingga total globalnya bertambah menjadi sekitar 110 juta orang per Mei, menurut UNHCR.
JENEWA, 14 Juni (Xinhua) -- Jumlah warga yang telantar akibat perang, penganiayaan, kekerasan, dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) mencapai rekor sebanyak 108,4 juta orang per akhir 2022, naik 19,1 juta dari setahun sebelumnya dan merupakan peningkatan terbesar yang pernah tercatat, menurut Badan Pengungsi PBB (United Nations High Commissioner for Refugees/UNHCR) pada Rabu (14/6).
Dalam laporan tahunannya yang bertajuk "Tren Global untuk Migrasi Paksa 2022" (Global Trends in Forced Displacement 2022), UNHCR mengatakan bahwa tren peningkatan dalam hal migrasi paksa global tidak menunjukkan tanda-tanda akan melambat pada 2023 seiring meletusnya konflik di Sudan memicu arus keluar baru, sehingga total globalnya bertambah menjadi sekitar 110 juta orang per Mei.
Menurut laporan tersebut, dari total global, sekitar 35,3 juta orang merupakan pengungsi, yang melintasi perbatasan internasional demi mencari perlindungan.
Jumlah pengungsi dari Ukraina melonjak dari 27.300 orang per akhir 2021 menjadi 5,7 juta orang per akhir 2022. Angka tersebut mewakili arus keluar pengungsi tercepat sejak Perang Dunia II.
Para pengungsi menunggu distribusi makanan dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) setempat di Distrik Baidoa, Somalia, pada 20 Januari 2023. (Xinhua/Abdi)
Hingga akhir 2022, diperkirakan 4,4 juta orang di seluruh dunia tidak memiliki kewarganegaraan atau kewarganegaraannya tidak dapat ditentukan, naik 2 persen dibandingkan pada akhir 2021, tunjuk laporan tersebut.
Dari segi kemampuan ekonomi maupun rasio populasi, negara-negara berpendapatan rendah dan menengah di seluruh dunia menampung sebagian besar pengungsi. Sebanyak 46 negara tertinggal menyumbangkan kurang dari 1,3 persen Produk Domestik Bruto (PDB) global, tetapi mereka menampung lebih dari 20 persen dari total pengungsi.
Penduduk Ukraina berjalan menuju sebuah perlintasan perbatasan di daerah perbatasan antara Ukraina dan Polandia. (Xinhua/Ren Ke)
"Masyarakat di seluruh dunia terus menunjukkan keramahan yang luar biasa kepada para pengungsi ketika mereka memberikan perlindungan dan bantuan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, tetapi diperlukan lebih banyak dukungan internasional dan pembagian tanggung jawab yang lebih adil, terutama dengan negara-negara yang menampung sebagian besar pengungsi di dunia," kata Komisaris Tinggi Badan Pengungsi PBB Filippo Grandi.
"Yang terpenting, lebih banyak upaya harus dilakukan guna mengakhiri konflik dan menghilangkan hambatan sehingga para pengungsi memiliki pilihan yang realistis untuk kembali ke rumah mereka secara sukarela, aman, dan terhormat," imbuh Grandi.
Laporan UNHCR terbaru diluncurkan enam bulan menjelang Forum Pengungsi Global kedua, sebuah pertemuan penting di Jenewa, Swiss. Selesai