Presiden Palestina Mahmoud Abbas berbicara dalam Debat Umum Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-77 di markas besar PBB di New York, pada 23 September 2022. (Xinhua/Wang Ying)
Kunjungan kenegaraan Presiden Palestina Mahmoud Abbas ke China akan meletakkan dasar untuk memperkuat hubungan bilateral.
RAMALLAH, 12 Juni (Xinhua) -- Kunjungan kenegaraan Presiden Palestina Mahmoud Abbas ke China akan meletakkan dasar untuk memperkuat hubungan bilateral, kata seorang pejabat senior Palestina.
Dalam wawancara baru-baru ini dengan Xinhua, Abbas Zaki, seorang anggota Komite Pusat Fatah Palestina dan komisioner untuk hubungan dengan negara-negara Arab dan China, mengatakan China dan Palestina adalah "sahabat yang lebih dekat daripada saudara."
Zaki mengatakan bahwa China dan Palestina senantiasa saling mendukung dalam kepentingan inti mereka. Dia mengatakan China dengan tegas mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk memulihkan hak-hak mereka yang sah dan mendukung pembentukan Negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya dan berdasarkan perbatasan tahun 1967.
Dia mengatakan Palestina menghargai seruan China untuk penyelesaian masalah Palestina secara adil dan komprehensif di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan berbagai level lainnya, serta bahwa kunjungan Abbas akan memperkuat hubungan bilateral.
Berbicara tentang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) China-Arab pertama yang digelar tahun lalu, Zaki mengatakan KTT tersebut merupakan tonggak sejarah dalam hubungan China-Arab dan akan memandu arah pengembangan hubungan China-Arab di era baru.
"Saya sangat senang melihat China lebih terlibat dalam urusan Timur Tengah setelah KTT China-Arab tahun lalu," kata pejabat Palestina itu, seraya menyatakan bahwa dimulainya kembali hubungan diplomatik antara Iran dan Arab Saudi merupakan hasil dari Inisiatif Keamanan Global (Global Security Initiative/GSI) yang diusulkan China.
Dia mengatakan bahwa pemulihan hubungan itu menandai perubahan lanskap politik di Timur Tengah serta meningkatkan kesadaran tentang persatuan dan kemerdekaan di antara negara-negara kawasan.
Zaki mengatakan negara-negara Barat, yang dipimpin Amerika Serikat (AS), membuat kawasan itu tidak stabil. "Irak, Libya, dan Suriah dihancurkan oleh mereka, dan Sudan saat ini menghadapi fragmentasi."
Menurut Zaki, AS secara konsisten menunjukkan bias dan standar ganda dalam masalah Palestina, menghambat kemajuan pemulihan hak-hak sah rakyat Palestina. Selesai