* Kapal selam tersebut mengamankan 200 lebih peninggalan budaya yang berasal dari sekitar 500 tahun silam dari situs dua bangkai kapal kuno.
* Penemuan ini tidak hanya merupakan terobosan besar bagi arkeologi laut dalam China, tetapi juga penemuan arkeologis yang signifikan di tingkat global.
GELADAK KAPAL TAN SUO YI HAO, 11 Juni (Xinhua) -- Kapal penelitian ilmiah China Tan Suo Yi Hao (Discovery One), yang membawa kapal selam berawak Shenhai Yongshi (Deep Sea Warrior), mencapai Sanya, di Provinsi Hainan, China selatan, pada Minggu (11/6) pagi waktu setempat, menandai keberhasilan misi penyelidikan arkeologis laut dalam.
Selama lebih dari 20 hari, kapal selam yang membawa anggota tim arkeologis gabungan tersebut mengamankan 200 lebih peninggalan budaya berusia sekitar 500 tahun silam dari situs dua bangkai kapal kuno, yang terletak sekitar 1.500 meter di bawah permukaan Laut China Selatan.
Di antara penemuan itu, terdapat jangkar besi berukuran panjang sekitar 1 meter, sebuah kotak yang muncul pada pemeriksaan pertama yang terbuat dari kayu, dua balok kayu, dan berbagai barang keramik, seperti guci porselen biru-putih, piring porselen biru-putih, dan mangkuk kaca putih.
Foto yang diabadikan pada 26 Mei 2023 ini menunjukkan kapal selam berawak Shenhai Yongshi (Deep Sea Warrior), yang digunakan untuk mengumpulkan data arkeologis bawah air, di atas kapal penelitian ilmiah Tan Suo Yi Hao (Discovery One) di Laut China Selatan. (Xinhua/Pu Xiaoxu)
MISI YANG BELUM PERNAH TERJADI SEBELUMNYA
Misi kapal selam tersebut merupakan tahap pertama dari penyelidikan arkeologis bawah laut yang lebih luas yang berfokus pada dua bangkai kapal, yang dilakukan oleh para ilmuwan dan teknisi China di atas kapal penelitian Tan Suo Yi Hao.
Bangkai kapal itu pertama kali ditemukan pada Oktober 2022 oleh Shenhai Yongshi setelah sekitar 500 penyelaman eksplorasi. Bangkai-Bangkai kapal itu diidentifikasi berasal dari Dinasti Ming (1368-1644) dan kemudian diberi nama bangkai kapal No.1 dan No.2 di dekat landas benua barat laut di Laut China Selatan.
Bangkai kapal yang kondisinya relatif utuh itu menyimpan sejumlah besar peninggalan budaya yang bernilai sejarah, ilmiah, dan artistik yang penting. Penemuan ini tidak hanya merupakan terobosan besar bagi arkeologi laut dalam China, tetapi juga merupakan penemuan arkeologis yang signifikan di tingkat global.
Menurut Yan Yalin, direktur departemen arkeologi Administrasi Warisan Budaya Nasional (National Cultural Heritage Administration/NCHA), penemuan ini menunjukkan fakta sejarah bahwa leluhur bangsa China telah mengembangkan, memanfaatkan dan melakukan perjalanan dari dan ke Laut China Selatan. Penemuan ini berkontribusi pada penelitian tentang sejarah maritim China, sejarah keramik, sejarah perdagangan luar negeri dan studi tentang Jalur Sutra Maritim.
Untuk melakukan penyelidikan arkeologis ini, sebuah tim arkeologis gabungan yang terdiri dari sekitar 30 orang, termasuk para arkeolog dan para pakar di bidang geofisika, geologi kelautan, biologi kelautan dan elektromekanik, dikumpulkan dan penyelidikan arkeologi tiga tahap diluncurkan.
Misi ini belum pernah terjadi sebelumnya.
China memulai eksplorasi arkeologis bawah lautnya pada periode 1980-an, tetapi sebagian besar misi dilakukan di daerah pesisir yang dangkal, sekitar 40 meter di bawah permukaan laut. Pada 2018 dan 2022, China melakukan dua penyelidikan arkeologis laut dalam, membuka babak baru bagi arkeologi laut dalam negara itu.
Namun, misi terbaru ini sangat menantang.
Masifnya temuan arkeologis di situs tersebut menimbulkan tantangan tertentu. Selain bangkai kapal, sejumlah besar benda-benda yang terbuat dari keramik dan tembikar, serta sejumlah potongan kayu, ditemukan tersebar di area seluas sekitar 10.000 meter persegi, berada di dasar laut yang terletak sekitar 1.500 meter di bawah permukaan laut.