Foto yang diabadikan pada 9 Maret 2023 ini menunjukkan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berjalan melewati South Lawn di Gedung Putih di Washington DC, AS. (Xinhua/Ting Shen)
Amerika Serikat memprovokasi "perlombaan subsidi besar-besaran," ujar Cecilia Malmstrom. Para pemimpin harus "bersama-sama berinvestasi dalam transisi hijau dan tidak bersaing satu sama lain."
NEW YORK CITY, 7 Juni (Xinhua) -- Jerman, Prancis, Inggris, dan negara-negara Eropa lainnya khawatir Amerika Serikat (AS) akan merugikan mereka dengan menarik banyak investasi baru dalam pabrik mobil listrik dan baterai dengan subsidi, demikian dilaporkan The New York Times (NYT) pekan lalu.
Dalam manufaktur kendaraan listrik dan baterai, persaingan yang ketat dan kontraproduktif telah terjadi antara AS dan Eropa, saat "kredit pajak dan insentif lain yang ditawarkan oleh kebijakan iklim utama Presiden (Joe) Biden, Inflation Reduction Act, menyedot sejumlah investasi dari Eropa dan menekan negara-negara Eropa untuk memberikan insentif mereka sendiri," kata laporan itu.
Amerika Serikat memprovokasi "perlombaan subsidi besar-besaran," ujar Cecilia Malmstrom, mantan komisaris perdagangan Eropa, dalam diskusi panel pada April di Peterson Institute for International Economics di Washington. Dia menyerukan para pemimpin untuk "bersama-sama berinvestasi dalam transisi hijau dan tidak bersaing satu sama lain."
"Para pejabat (pemerintahan) Biden berpendapat bahwa kebijakan AS dan Eropa saling melengkapi," ungkap laporan tersebut. "Mereka menyebutkan bahwa uang pemerintah dan swasta yang masuk ke mobil listrik dan baterai akan menurunkan harga bagi para pembeli mobil dan mendorong lebih banyak kendaraan bebas emisi di jalan."
Berbagai upaya pemerintah untuk mempromosikan kendaraan listrik "akan memacu tingkat inovasi teknologi dan pemangkasan biaya yang akan bermanfaat bukan hanya bagi Eropa dan Amerika Serikat, melainkan juga bagi ekonomi global dan upaya global kita untuk menghadapi tantangan yang dihadirkan oleh perubahan iklim, " ujar Wally Adeyemo, Wakil Menteri Keuangan AS, dalam sebuah wawancara baru-baru ini. Selesai