NANCHANG, 1 Juni (Xinhua) -- Tidak ada Hari Anak khusus pada era China kuno, tetapi masa kecil masyarakat terdahulu nyatanya tidaklah membosankan. Lihatlah berbagai mainan antik yang ditemukan berikut, dan rasakan kebahagiaan anak-anak yang berbeda pada masa itu ketika tidak ada ponsel, internet, dan belum ditemukannya material baru.
Foto tanpa tanggal ini menunjukkan mainan harimau perunggu dari era Dinasti Han. (Xinhua)
Harimau perunggu pada foto di atas, yang cukup kecil untuk digenggam di tangan anak berusia dua atau tiga tahun, merupakan mainan kesayangan seorang pangeran dari era Dinasti Han. Dengan roda di bawah cakarnya dan lubang di bawah dagunya, mainan harimau tersebut juga berfungsi sebagai "mobil-mobilan". Dua ribu tahun silam, sang pangeran mungkin memainkan "mobil" ini dengan cara ditarik di sekitar kota tempat tinggal para marquis tersebut.
Menariknya, harimau itu berasal dari "kebun binatang" mini, mengingat hewan tersebut digali bersama dengan kambing, unta, dan babi hutan dalam sebuah kotak kayu berpernis di situs arkeologi marquis Haihun Dinasti Han di Nanchang, Provinsi Jiangxi, China timur. "Kebun binatang" tersebut merupakan milik Liu Chongguo, putra tertua dari Marquis Haihun Liu He.
Material perunggu melambangkan status mulia sang pangeran, dan bentuk hewan menunjukkan kecintaannya pada alam, kata Fan Lijun, wakil kurator Nanchang Relic Museum of Haihunhou State of Han Dynasty.
Foto tanpa tanggal ini menunjukkan peluit angsa berwarna cokelat dari tempat pembakaran Jizhou dari era Dinasti Song. (Xinhua)
Meski dibuat sekitar tujuh ratus tahun yang lalu, mainan berbentuk angsa pada foto di atas masih bisa ditiup hingga sekarang. Jika kita kembali ke era Dinasti Song, mungkin saja di balik setiap peluit berbentuk angsa tersebut terdapat seorang anak yang pipinya menggembung.
Peluit tersebut ditemukan di situs bersejarah tempat pembakaran Jizhou di Jiangxi, tempat pembakaran tradisional yang populer di China selatan pada era Dinasti Song di mana sejumlah besar patung porselen digali, yang kebanyakan tingginya tidak lebih dari 10 cm.
Tanah liat setempat bertekstur kasar, gembur dan mudah dibentuk, memungkinkan para perajin membuat patung porselen untuk mencerminkan kehidupan mereka, ujar Li Xilang, direktur museum Kota Ji'an, yang merupakan lokasi dari tempat pembakaran Jizhou.
Foto tanpa tanggal ini menunjukkan patung penunggang kuda dengan motif warna bertitik dari tempat pembakaran Jizhou dari era Dinasti Song. (Xinhua)
Menjadi seorang jenderal yang menunggang kuda adalah impian banyak anak, dan patung penunggang kuda porselen pada foto di atas, yang memegang tali kekang di tangannya dengan kepala tegak, entah bagaimana seolah mewujudkan impian para anak tersebut.
Dengan tinggi hanya 5,5 cm, patung yang digali dari tempat pembakaran Jizhou tersebut menunjukkan kepolosan anak-anak, dengan proporsi kuda besar yang berlebihan untuk manusia berukuran kecil.
Patung-patung porselen dari tempat pembakaran Jizhou itu mencerminkan suasana kehidupan publik, harapan baik untuk kehidupan, dan nilai-nilai masyarakat kuno yang ingin menaklukkan medan perang dengan kuda mereka, tutur Jia Yingli dari Museum Provinsi Jiangxi.
Foto tanpa tanggal ini menunjukkan porselen berwarna cokelat Chuiwan dari tempat pembakaran Jizhou dari era Dinasti Song (Xinhua)
Chuiwan, atau "memukul bola" adalah golf ala China kuno. Tiga bola padat pada foto di atas, yang turut ditemukan di tempat pembakaran Jizhou, berdiameter 3,5-3,9 cm dengan pola berbeda.
Chuiwan merupakan sebuah permainan untuk memukul bola ke dalam lubang, yang sangat mirip dengan golf saat ini, ungkap Jia.
Selama era dinasti Song dan Yuan, Chuiwan menjadi populer baik di kalangan masyarakat yang tua maupun muda, dan pola Chuiwan dapat dilihat pada lukisan dinding, lukisan kerajaan, dan bantal porselen di periode ini.
Foto tanpa tanggal ini menunjukkan guci jangkrik berwarna biru dan putih dengan motif bunga peony yang cabangnya menjuntai dari era Dinasti Ming. (Xinhua)
Porselen berwarna biru dan putih pada foto di atas dari era Dinasti Ming, yang digali di situs tempat pembakaran kekaisaran di Jingdezhen, "ibu kota porselen" yang terkenal di dunia di Jiangxi, adalah mainan seorang kaisar.
Terdapat desas-desus di kalangan masyarakat bahwa Kaisar Xuande dari era Dinasti Ming merupakan penggemar adu jangkrik, dan guci jangkrik, yang direstorasi dari puing-puing porselen itu, bisa menjadi buktinya.
Pada batch yang sama dari pecahan guci jangkrik biru dan putih yang digali tersebut, staf menemukan pola yang sangat mirip dengan gambar Kaisar Xuande, dan tulisan yang berbunyi "dibuat pada tahun-tahun Xuande dari Dinasti Ming" juga ditemukan pada guci ini, ujar Weng Yanjun, Direktur Museum Tempat Pembakaran Kekaisaran Jingdezhen.
Foto tanpa tanggal ini menunjukkan pot kuas heksagonal berwarna-warni dengan motif bayi yang sedang bermain dari era Dinasti Qing. (Xinhua)
Di China kuno, kehidupan anak-anak juga merupakan dekorasi yang populer, terutama di era dinasti Ming dan Qing. Motif pot kuas pada foto di atas menunjukkan dua orang anak sedang menari dalam suasana gembira dan kekanak-kanakan.
Dicintai sejak era dinasti Tang dan Song, motif bayi yang sedang bermain sangat umum dalam dekorasi porselen dan menunjukkan kecintaan masyarakat terhadap anak-anak dan keinginan mereka untuk memiliki banyak anak dan dikaruniai banyak anak, imbuh Jia. Selesai