Ketua DPR dari Partai Republik Kevin McCarthy berbicara kepada media setelah pertemuan penting membahas plafon utang di Washington DC, Amerika Serikat, pada 9 Mei 2023. (Xinhua/Aaron Schwartz)
Perdebatan mengenai plafon utang (debt ceiling) di AS menciptakan ketidakpastian yang tidak terkendali dan risiko resesi ekonomi dalam waktu dekat, krisis keuangan, serta kesulitan bagi keluarga dan bisnis di AS.
NEW YORK CITY, 24 Mei (Xinhua) -- Perdebatan mengenai plafon utang (debt ceiling) di Amerika Serikat (AS) menciptakan ketidakpastian yang tidak terkendali dan risiko resesi ekonomi dalam waktu dekat, krisis keuangan, serta kesulitan bagi keluarga dan bisnis di Amerika, menurut para pakar AS.
Meskipun telah mencapai batas utang 31,4 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp14.905) pada Januari, pembahasan antara Gedung Putih dan para pemimpin kongres baru dimulai pada 9 Mei, kurang dari sebulan sebelum perkiraan tanggal gagal bayar pemerintah AS atas kewajiban utangnya (default).
Kalkulasi politik dari kedua pihak kemungkinan akan menghambat kesepakatan dini dengan batas waktu 1 Juni yang sudah sangat dekat.
PLAFON UTANG SEBAGAI ALAT POLITIK
Penetapan plafon utang, yang awalnya diperkenalkan selama Perang Dunia I, merupakan pemungutan suara rutin di Kongres. Saat ini, masalah itu adalah drama politik di tengah perpecahan partisan yang meningkat.
"Kami telah menaikkan plafon utang hampir 80 kali sejak 1960," kata Ben Harris, mantan asisten sekretaris untuk kebijakan ekonomi di Departemen Keuangan AS.
Gagasan bahwa Kongres akan menyetujui pengeluaran dan kemudian menolak untuk membayar pengeluaran yang telah diotorisasi itu tidak masuk akal, ujar Harris dalam sebuah diskusi panel yang diselenggarakan oleh lembaga pemikir Center for American Progress pada Kamis (25/5).
Demokrasi partisan AS tidak pernah bekerja dengan sempurna, atau seperti yang diinginkan, dan partai-partai yang terlibat bekerja sama dalam hal-hal yang semakin sedikit dibanding pada masa lalu, mengingat polarisasi ekstrem yang ada, demikian menurut David A. Super, profesor ilmu hukum dan ekonomi di Georgetown University Law Center.
"Kini, setiap anggota dari partai mana pun bisa mendapat banyak masalah jika mereka diketahui bekerja sama dengan partai lainnya dalam hampir segala hal," kata Super kepada Xinhua dalam sebuah wawancara pada Rabu (23/5).
Yang lebih mengkhawatirkan adalah bahwa kedua partai mungkin berpikir bahwa jika krisis ini terjadi, partai lain akan dirugikan secara politik, tutur Wendy Edelberg, senior fellow studi ekonomi di Brookings Institution.
"Dugaan saya adalah kalkulasi politik semacam itu akan selalu membayangi kita," ungkap Edelberg dalam diskusi panel itu.
Ketua DPR dari Partai Republik Kevin McCarthy keluar dari Gedung Putih setelah pertemuan penting membahas plafon utang di Washington DC, Amerika Serikat, pada 9 Mei 2023. (Xinhua/Aaron Schwartz)
KETIDAKPASTIAN BESAR
Sikap yang menyerempet bahaya ini menciptakan ketidakpastian yang sangat besar mengenai pembicaraan tentang plafon utang yang sedang berlangsung antara Gedung Putih dan para anggota Kongres dari Partai Republik, meskipun pemerintah AS berpotensi gagal membayar kewajiban utangnya paling cepat pada 1 Juni.
Karena kubu Demokrat tidak akan mendukung langkah-langkah pemangkasan defisit untuk membayar pemotongan pajak yang mendongkrak kembali defisit, dan kubu Republik tidak bersedia menyetujui apa pun yang membatasi pemotongan pajak, maka tidak ada dasar untuk mencapai sebuah kesepakatan, tutur Super.
Anggota parlemen dari Partai Republik bermaksud untuk memaksakan default yang tidak dapat ditoleransi oleh Wall Street. Super menambahkan bahwa industri keuangan kemudian akan menekan Presiden Biden untuk memberikan semua yang mereka inginkan.
Super juga mengungkapkan bahwa perpanjangan batas utang jangka pendek sangat mungkin terjadi. "Terciptanya kesepakatan itu memungkinkan, tetapi menurut saya ada kemungkinan besar kita tidak akan mencapai kesepakatan, dan ada juga kemungkinan besar bahwa Ketua DPR AS (Kevin) McCarthy menyetujui suatu kesepakatan tetapi kemudian para anggotanya menolak," imbuhnya.