Wawasan Dunia: AS picu konfrontasi di Asia-Pasifik, kekhawatiran meluas (Bagian 1)

2023-05-22 18:27:48   来源:新华社

Seorang demonstran memegang sebuah plakat di Taman Funairi Daiichi Hiroshima dalam aksi unjuk rasa menentang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok Tujuh (Group of Seven/G7) di Hiroshima, Jepang, pada 19 Mei 2023. Di tengah gelombang protes tersebut, KTT tahunan para pemimpin G7 berlangsung di Hiroshima pada Jumat (19/5). (Xinhua/Zhang Xiaoyu)

   Dalam upaya mempertahankan posisi hegemonik regionalnya, Washington dengan sengaja menciptakan perbedaan antara beberapa negara dan China, mendorong mereka untuk bergabung dengan kubu yang menentang China.

   Dengan menarik negara-negara regional ke dalam kelompoknya, AS hanya akan merusak perdamaian dan stabilitas regional, kata para pakar.

   BEIJING, 20 Mei (Xinhua) -- Dalam sebuah opini baru-baru ini untuk situs web Nikkei Asia Jepang, Marco Rubio, pembenci China terkemuka di Kongres Amerika Serikat (AS) yang dikenal karena pemikirannya yang jenaka namun berbahaya dengan narasi "ancaman China", berargumen perihal pembentukan sebuah koalisi anti-China regional di kawasan Asia-Pasifik.

   Rubio tidak sendirian dalam antusiasmenya untuk mendirikan sebuah konfrontasi blok terhadap China. Terperangkap dalam pola pikir Perang Dingin, pemerintah AS tertarik menciptakan "kelompok-kelompok kecil" yang ditujukan untuk melawan China.

   Para pakar di kawasan Asia-Pasifik memperingatkan bahwa upaya AS untuk mempertahankan hegemoni melalui antagonisme kubu dapat membahayakan perdamaian dan keamanan regional.

Orang-orang berunjuk rasa untuk menentang KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) Kelompok Tujuh (Group of Seven/G7) di Hiroshima, Jepang, pada 19 Mei 2023. (Xinhua/Zhang Xiaoyu)

   MENEKAN UNTUK MEMBENTUK KELOMPOK-KELOMPOK KECIL

   Dalam beberapa tahun terakhir, Washington telah menjajakan apa yang disebut "strategi Indo-Pasifik" dan "persaingan kekuatan besar" dalam upaya membangun aliansi di kawasan Asia-Pasifik dengan tujuan utama membendung China.

   Terlepas dari kritik yang meluas, Washington bersekongkol dengan pemerintah Jepang dalam mengubah kebijakan inti keamanan nasional Jepang. Akibatnya, Jepang pun bercita-cita menjadi sebuah kekuatan militer besar, menimbulkan berbagai tantangan baru bagi perdamaian dan keamanan regional saat negara tersebut semakin bersekutu dengan pasukan AS.

   Meski mengadakan latihan militer gabungan berskala besar, AS dan Korea Selatan mencapai kesepakatan strategis terkait "pencegahan yang diperpanjang", dengan Washington mengerahkan lebih banyak "aset strategis", termasuk kapal selam berkemampuan nuklir, ke Semenanjung Korea.

   Washington juga sedang mendorong Korea Selatan dan Jepang melakukan rekonsiliasi, dengan tujuan membentuk aliansi militer trilateral.

   Pada April, AS dan Filipina melakukan sejumlah kegiatan militer gabungan paling ekstensif dalam beberapa dekade. Pada Februari, Filipina mengizinkan akses militer AS ke empat situs militer tambahan selain lima situs yang telah disepakati sebelumnya secara nasional. Selain itu, Washington juga berupaya membentuk mekanisme kerja sama trilateral AS-Jepang-Filipina dan AS-Filipina-Australia.

   Kerja sama trilateral Australia-Inggris-AS (AUKUS) terkait kapal selam nuklir juga membahayakan perdamaian dan stabilitas regional.

Foto yang diabadikan pada 28 Maret 2022 ini menunjukkan gedung Capitol di Washington DC, Amerika Serikat. (Xinhua/Liu Jie)

   MENCARI HEGEMONI, MENGEKSPOR KETIDAKSTABILAN

   Seperti yang ditunjukkan oleh para analis, Amerika Serikat membentuk serangkaian kelompok kecil di kawasan Asia-Pasifik dan memperkuat kerja sama militer dengan sekutunya atas dalih "mengatasi ancaman bersama", tetapi niat sebenarnya adalah mengikat para sekutunya ke kereta perang AS dan mengambil keuntungan dari negara-negara lain demi menyelamatkan hegemoninya yang menurun.

   Kazuteru Saionji, seorang profesor tamu di Universitas Internasional Nippon Higashi di Jepang, mengatakan bahwa dalam sebuah upaya untuk mempertahankan posisi hegemonik regionalnya, Washington dengan sengaja menciptakan perbedaan antara beberapa negara dan China, mendorong mereka untuk bergabung dengan kubu yang menentang China.

   AS, Jepang, dan Korea Selatan mengatakan bahwa mereka telah memperkuat pencegahan mereka terhadap Republik Rakyat Demokratik Korea (RRDK), tetapi sebenarnya mereka bermaksud membendung China, kata Kim Dong-yup, seorang profesor di Universitas Studi Korea Utara.

   Untuk membuat negara-negara regional melayani hegemoni AS, Washington memfitnah China sebagai "ancaman" bagi kawasan tersebut dan bahkan dunia. Namun, "AS memiliki ratusan pangkalan militer di luar perbatasannya sendiri dan menempatkan banyak pemerintahan di negara-negara asing, menggantikan mereka yang tidak sesuai dengan ideologi AS yang disebutnya 'demokrasi,'" tutur Colin Mackerras, seorang profesor kehormatan dari Universitas Griffith Australia, dalam sebuah artikel berjudul "Pihak yang berbahaya adalah AS".

【记者:Lu Jiafei,Liu Tian,Jin Yuelei,Liu Zan,Zhang Xiaoyu,Liu Jie 】
原文链接:http://home.xinhua-news.com/rss/newsdetaillink/7767799acbae957ec833255356dd87af/1684751272030

财经新闻 ECONOMIC NEWS

24小时排行 LEADERBOARD