Pertanian adalah bidang kerja sama utama antara China dan negara-negara Asia Tengah. Berbagai macam produk pertanian Asia Tengah telah memasuki pasar China, termasuk susu unta dari Kazakhstan, madu dari Kirgizstan, buah-buahan kering dari Tajikistan, kapas dari Turkmenistan, dan buah ceri dari Uzbekistan. Tahun lalu, impor produk pertanian, energi, dan mineral China dari negara-negara ini melonjak lebih dari 50 persen.
Asia Tengah juga merupakan pemasok energi penting bagi China. Pada 2022, China menerima 30 persen impor gas alamnya melalui jalur pipa China-Asia Tengah.
Selain bidang kerja sama tradisional ini, China dan negara-negara Asia Tengah bekerja sama untuk mempromosikan pola baru dalam perdagangan dan investasi, dengan memprioritaskan inovasi dan pembangunan hijau.
Maksat Abilgaziev (33) adalah seorang warga Kazakhstan yang lahir dan besar di Zhanatas, kota kumuh di wilayah selatan negara itu, yang dulu pernah menjadi pusat penambangan fosfat dan produksi pupuk yang berkembang pesat.
Foto yang diabadikan pada 3 April 2023 ini menunjukkan beberapa generator turbin angin di Pembangkit Listrik Tenaga Angin Zhanatas 100 MW di Zhanatas, Kazakhstan. (Xinhua/Kalizhan Ospanov)
Pada 2020, Abilgaziev berhenti dari pekerjaannya di bidang teknik elektronik di sebuah tambang fosfat lokal, dan menjadi peserta pelatihan teknik pembangkit listrik tenaga angin di Pembangkit Listrik Tenaga Angin Zhanatas yang dibangun China, salah satu yang terbesar dari jenisnya di Asia Tengah.
"Mitra-mitra China kami telah membawa peralatan, investasi, teknologi, dan pengalaman ke Kazakhstan. Mereka juga mengembangkan talenta energi bersih di negara kami. Proyek-proyek pembangkit tenaga angin telah menciptakan lapangan kerja dan pendapatan pajak bagi Zhanatas, menghidupkan kembali kota tersebut," tutur Abilgaziev, yang penghasilannya meningkat lebih dari dua kali lipat dalam tiga tahun.
Sementara itu, teknologi modern semakin memperkuat perdagangan antara China dan Asia Tengah. Angka resmi menunjukkan bahwa pada 2022, perdagangan e-commerce lintas perbatasan antara kedua pihak telah meningkat sebesar 95 persen secara tahunan (year on year/yoy), dengan hampir 300 perusahaan Asia Tengah menjual produk berkualitas di platform e-commerce China.
INTERKONEKTIVITAS YANG DITINGKATKAN
Rute penerbangan penumpang pertama antara Xi'an dan Ashgabat, ibu kota Turkmenistan, secara resmi diluncurkan pada Sabtu (13/5).
Gulshada Urazalieva, seorang analis independen Uzbekistan, mengatakan bahwa pembukaan penerbangan antara Xi'an dan kota-kota di Asia Tengah sangat penting, karena hal itu akan mendorong pertukaran ekonomi dan budaya antara China dan kawasan tersebut.
Dunia membutuhkan Asia Tengah yang saling terhubung, tegas Xi dalam KTT tersebut, menambahkan bahwa dianugerahi dengan keunggulan geografis yang unik, Asia Tengah memiliki landasan, kondisi, dan kapabilitas yang tepat untuk menjadi pusat konektivitas penting di Eurasia dan memberikan kontribusi unik pada perdagangan barang, interaksi peradaban, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia.
Selain meluncurkan lebih banyak penerbangan langsung untuk menghubungkan kota-kota mereka, China dan negara-negara Asia Tengah juga telah merencanakan dan mengimplementasikan berbagai proyek infrastruktur dalam kerangka kerja BRI.
Pada September 2022, China, Kirgizstan, dan Uzbekistan menandatangani nota kesepahaman tentang kerja sama di jalur kereta China-Kirgizstan-Uzbekistan bagian Kirgizstan, membuat kemajuan signifikan dalam pembangunan koridor transportasi di benua Eurasia.
Sementara itu, kereta kargo China-Eropa melalui Asia Tengah, Pusat Kerja Sama Perbatasan Internasional China-Kazakhstan Horgos, dan Pangkalan Logistik Internasional China-Kazakhstan di Pelabuhan Lianyungang, China timur, semuanya telah membantu membuka pintu ke pasar global bagi negara-negara Asia Tengah.
Proyek-proyek tersebut tidak hanya mempromosikan kegiatan komersial di antara enam negara, tetapi juga lebih mendekatkan orang-orang yang tinggal di kawasan tersebut melalui pertukaran budaya dan masyarakat. Saat ini, ada lima Institut Konfusius yang didirikan di Kazakhstan, memberikan pelatihan bahasa Mandarin bagi lebih dari 3.000 orang setiap tahunnya, sementara empat universitas di China telah membuka institut untuk studi Kazakhstan dan dua universitas telah menambahkan bahasa Kazakh sebagai salah satu jurusannya. Hingga akhir 2021, jumlah kumulatif pelajar internasional yang menempuh studi di negara satu sama lain masing-masing telah mencapai 15.100 orang.