Presiden China Xi Jinping dan istrinya, Peng Liyuan, berjalan menuju venue perjamuan penyambutan bersama para tamu undangan di Xi'an, Provinsi Shaanxi, China barat laut, pada 18 Mei 2023. (Xinhua/Huang Jingwen)
BEIJING, 19 Mei (Xinhua) -- Che Xueling, manajer umum sebuah perusahaan ekspor di Horgos, sebuah kota perbatasan di Xinjiang yang dahulu merupakan pos perdagangan di sepanjang rute utara Jalur Sutra kuno, sangat gembira dengan perubahan besar yang terjadi di kota itu dan bisnisnya.
"Dahulu, kami mengekspor berbagai macam barang melalui jalan tanah," kenang Che. Dalam beberapa tahun terakhir, berkat kerja sama yang berkembang antara China dan Asia Tengah serta peningkatan proses clearance bea cukai dan prosedur yang disederhanakan, banyak hal telah berubah. "Kini, semua jenis kendaraan buatan China diekspor ke negara-negara Asia Tengah melalui jalan beraspal yang lebar di pelabuhan," kata Che.
Dalam tiga bulan pertama tahun ini, perusahaan Che telah mengekspor lebih dari 1.000 unit kendaraan komersial senilai sekitar 30 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp14.940). Sementara itu, pada kuartal pertama tahun ini, pelabuhan Horgos menangani 1.833 kereta barang yang menghubungkan China dengan negara-negara Eropa dan Asia Tengah, mencatat rekor peningkatan tertinggi sebesar 8,4 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Pertumbuhan Horgos dan ledakan bisnis Che menjadi contoh hubungan yang semakin dekat antara China dan lima negara Asia Tengah, yaitu Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan, yang dilalui Jalur Sutra kuno.
Dengan upaya bersama negara-negara tersebut selama beberapa tahun terakhir, terutama sejak 2013 ketika China mengusulkan Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI), jalur perdagangan kuno yang mewujudkan semangat kerja sama, saling belajar, dan saling menguntungkan telah bangkit kembali dan tumbuh menjadi sebuah jalur pembangunan bersama, membawa manfaat nyata bagi kawasan dan dunia pada umumnya.
MENGHIDUPKAN KEMBALI JALUR SUTRA KUNO
Dalam sejarah, Jalur Sutra telah menjadi sebuah koridor vital yang menghubungkan Timur dan Barat sejak sekitar 2.000 tahun silam. Nama tersebut berasal dari perdagangan menguntungkan sutra China yang dilakukan di sepanjang rute itu. Sepuluh tahun yang lalu, dalam kunjungannya ke Kazakhstan, Presiden China Xi Jinping mengusulkan agar China dan Asia Tengah bergandengan tangan untuk membangun Sabuk Ekonomi Jalur Sutra guna meningkatkan kerja sama.
Foto yang diabadikan pada 1 Mei 2023 ini memperlihatkan pemandangan Pagoda Angsa Liar Raksasa di Xi'an, Provinsi Shaanxi, China barat laut. (Xinhua/Zou Jingyi)
"Penting bagi kita untuk terus mengatur langkah kerja sama Sabuk dan Jalur Sutra dan mewujudkan Inisiatif Pembangunan Global (Global Development Initiative/GDI). Kita harus sepenuhnya membuka berbagai potensi kita di sejumlah bidang kerja sama tradisional seperti ekonomi, perdagangan, kapasitas industri, energi, dan transportasi. Dan kita harus menempa penggerak baru pertumbuhan di bidang keuangan, pertanian, pengentasan kemiskinan, pembangunan hijau dan rendah karbon, layanan medis, kesehatan, dan inovasi digital. Kita harus bekerja sama guna menjamin bahwa komunitas kita menghadirkan kerja sama yang saling menguntungkan dan kemajuan bersama," tutur Xi pada Jumat (19/5) saat menyampaikan pidato utama pada KTT China-Asia Tengah yang digelar di Kota Xi'an, Provinsi Shaanxi, China barat laut.
Visi dan panduan strategis Xi yang menginspirasi telah membantu merevitalisasi rute kuno tersebut dan menyuntikkan dorongan ke dalam kerja sama China-Asia Tengah.
Selama satu dekade terakhir, perdagangan antara China dan lima negara Asia Tengah mempertahankan momentum pertumbuhan yang kuat. Angka resmi terbaru menunjukkan bahwa tahun lalu, perdagangan antara China dan Asia Tengah mencapai rekor tertinggi dalam sejarah, yakni 70,2 miliar dolar AS. Dalam tiga bulan pertama 2023, perdagangan kedua pihak melonjak 22 persen (yoy).