JUDUL: Mengapa strategi "pengurangan risiko" dari China timbulkan risiko tinggi bagi perekonomian Eropa
DATELINE: 13 Mei 2023
DURASI: 00:02:24
LOKASI: Beijing
KATEGORI: EKONOMI
SHOTLIST:
1. Berbagai cuplikan markas besar Uni Eropa
2. Berbagai cuplikan Eropa
3. SOUNDBITE 1 (Bahasa Bulgaria): ZAHARI ZAHARIEV, Presiden Asosiasi Nasional untuk Sabuk dan Jalur Sutra (National Association for the Belt and Road) Bulgaria
4. SOUNDBITE 2 (Bahasa Hongaria): ERNO PETO, Presiden Kamar Ekonomi Hongaria-China
5. Berbagai cuplikan China
STORYLINE:
Melangkah di batas tipis antara mempertahankan kepentingannya dan mengurangi paparan terhadap apa yang disebut "risiko", Uni Eropa (UE) telah menggembar-gemborkan "strategi pengurangan risiko dari China".
Meski demikian, banyak analis mengatakan bahwa "strategi pengurangan risiko" (de-risking) ini kemungkinan justru akan menimbulkan risiko tinggi dan berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi UE.
SOUNDBITE 1 (Bahasa Bulgaria): ZAHARI ZAHARIEV, Presiden Asosiasi Nasional Sabuk dan Jalur Sutra Bulgaria
"Kita berbicara tentang China sebagai salah satu negara di dunia modern, tetapi kita harus ingat bahwa saat berbicara tentang China, kita berbicara tentang sepertiga dari perekonomian dunia.
Kita berbicara tentang potensi ilmiah dan teknis dari suatu negara yang paling makmur dalam hal membuka lembaran baru di era digital umat manusia modern.
Jadi, jika kita mencoba untuk melenyapkan China di salah satu bidang ini, kita akan mengganggu stabilitas dunia secara keseluruhan.
Artinya, China telah dan tetap menjadi lokomotif pembangunan ekonomi, terutama di masa-masa sulit ini saat terjadi inflasi dan resesi di perekonomian dunia."
SOUNDBITE 2 (Bahasa Hongaria): ERNO PETO, Presiden Kamar Ekonomi Hongaria-China
"Mereka yang berurusan dengan hubungan Eropa-China telah menyatakan dengan jelas bahwa jika Produk Domestik Bruto (PDB) China pada 2023 1 persen lebih tinggi dari 4,5 persen, itu akan menghasilkan 0,5 persen pertumbuhan PDB dalam perekonomian Uni Eropa.
Keterbukaan China sangat signifikan dalam banyak hal, tidak hanya untuk bangsa China, tetapi juga bagi dunia dan perekonomian global."
China dan UE telah menjadi mitra dagang terbesar kedua bagi satu sama lain dan kedua perekonomian tersebut sangat terkait.
Pada 2022, total perdagangan barang bilateral antara China dan UE mencapai 821,24 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.722), naik 5,6 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Beijing.
(XHTV)