Seorang wanita membantu seorang anak perempuan menulis di papan kenangan untuk mengenang para korban penembakan massal yang terjadi di depan sebuah mal outlet di Allen, Texas, Amerika Serikat, pada 8 Mei 2023. (Xinhua/Dan Tian)
Tingginya insiden seperti ini di AS tercermin dari tingkat kewaspadaan atas kekerasan senjata di Amerika di berbagai negara, seperti Kanada, Australia, dan Inggris, yang menyebutkan kekhawatiran tersebut dalam travel warning mereka.
NEW YORK CITY, 10 Mei (Xinhua) -- Serangkaian insiden penembakan massal yang terjadi belakangan ini di Amerika Serikat (AS) telah mendorong sejumlah negara untuk mengeluarkan peringatan tentang kekerasan senjata bagi para pelancong yang hendak bepergian ke AS, demikian dilansir Newsweek pada Selasa (9/5).
Menurut Gun Violence Archive, sebuah situs web yang memantau dan mengumpulkan informasi tentang penembakan di seluruh AS, telah terjadi 21 insiden penembakan massal, yang didefinisikan sebagai satu insiden di mana sedikitnya empat orang ditembak dan terluka atau terbunuh, selama periode 1-7 Mei.
Sejak awal 2023, telah terjadi 208 penembakan massal di seluruh AS, lapor laman situs tersebut. Tahun ini, tercatat hampir 15.000 orang tewas dalam insiden terkait kekerasan senjata di AS.
"Tingginya insiden seperti ini di AS tercermin dari tingkat kewaspadaan atas kekerasan senjata di Amerika di berbagai negara, seperti Kanada, Australia, dan Inggris, yang menyebutkan kekhawatiran tersebut dalam travel warning mereka," urai laporan itu.
Misalnya, di dalam rekomendasinya untuk para pelancong yang akan melintasi perbatasan AS, otoritas Kanada menulis tentang tingginya tingkat kepemilikan senjata api di AS, dengan mencatat bahwa "di banyak negara bagian, merupakan hal yang legal bagi warga untuk membawa senjata api secara terbuka di depan umum." Selesai