Sejumlah tank Leopard 2 terlihat dalam sebuah demonstrasi pelatihan di Munster, Jerman, pada 20 Mei 2019. (Xinhua/Shan Yuqi)
Belanja militer di Eropa mengalami kenaikan paling tajam secara tahunan (year on year/yoy) dalam setidaknya 30 tahun terakhir, kata SIPRI dalam sebuah laporan pada Senin (24/4). Belanja militer negara-negara di Eropa Tengah dan Barat mencapai 345 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.773) pada 2022. Untuk pertama kalinya, pengeluaran ini melampaui angka yang tercatat pada 1989, periode ketika Perang Dingin berakhir.
STOCKHOLM, 24 April (Xinhua) -- Belanja militer di Eropa mengalami kenaikan paling tajam secara tahunan (year on year/yoy) dalam setidaknya 30 tahun terakhir, demikian disampaikan Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (Stockholm International Peace Research Institute/SIPRI) dalam sebuah laporan pada Senin (24/4).
Total belanja militer global meningkat 3,7 persen dalam basis riil pada 2022, mencapai level tertinggi baru sebesar 2.240 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.773), dan mewakili pertumbuhannya selama delapan tahun berturut-turut. Sejauh ini, kenaikan pengeluaran paling tajam sebesar 13 persen tercatat di Eropa. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh konflik di Ukraina, kata laporan itu.
Sementara itu, belanja militer Ukraina mencapai 44 miliar dolar AS pada 2022, menandai lonjakan 640 persen dan peningkatan tertinggi dalam setahun untuk belanja militer suatu negara yang pernah dicatat oleh SIPRI. Beban militer, yang merupakan pengeluaran militer sebagai bagian dari Produk Domestik Bruto (PDB), melonjak hingga 34 persen dari PDB pada 2022, dari 3,2 persen pada 2021.
Belanja militer negara-negara di Eropa Tengah dan Barat mencapai angka 345 miliar dolar AS pada 2022. Untuk pertama kalinya, pengeluaran ini melampaui angka yang tercatat pada 1989, periode ketika Perang Dingin berakhir.
Beberapa negara meningkatkan belanja militernya secara signifikan pada Februari 2022, setelah dimulainya konflik Rusia-Ukraina. Negara-negara lain mengumumkan rencana untuk menaikkan tingkat pengeluaran tersebut selama periode yang mencapai hingga satu dekade. Peningkatan paling tajam terlihat di Finlandia (36 persen), Lituania (27 persen), Swedia (12 persen), dan Polandia (11 persen).
Para perwira senior dari pasukan pertahanan Polandia mengunjungi sebuah pameran di pangkalan militer di Bydgoszcz, Polandia, pada 9 Maret 2019. (Xinhua/Jaap Arriens)
"Oleh karena itu, kita dapat memperkirakan bahwa belanja militer di Eropa Tengah dan Barat akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang," sebut Diego Lopes da Silva, seorang peneliti senior dari Program Pengeluaran Militer dan Produksi Senjata (Military Expenditure and Arms Production Program) SIPRI.
Amerika Serikat sejauh ini masih menjadi negara dengan belanja militer terbesar di dunia, dengan 877 miliar dolar AS pada 2022, terhitung 39 persen dari total belanja militer global.
Dukungan finansial militer AS kepada Ukraina mencapai 19,9 miliar dolar AS pada 2022. "Meski ini merupakan bantuan militer dengan jumlah terbesar yang diberikan oleh negara mana pun kepada satu penerima pada tahun mana pun setelah Perang Dingin, itu hanya mewakili 2,3 persen dari total pengeluaran militer AS," sebut laporan itu.
Penelitian SIPRI mencakup konflik internasional, persenjataan, kontrol senjata, dan pelucutan senjata. Selesai
Jet tempur Rafale mendekati pangkalan udara Tanagra di Tanagra, Yunani, pada 19 Januari 2022. (Xinhua/Marios Lolos)