Komentar Xinhua: Hubungan China-Rusia yang lebih erat vital bagi pembangunan dunia multipolar

2023-03-23 14:03:31   来源:新华社

   BEIJING, 22 Maret (Xinhua) -- Pada saat Presiden China Xi Jinping mengadakan kunjungan kenegaraan ke Rusia, sejumlah politisi dan outlet media Barat menyebarkan klaim bahwa China mendukung Rusia terkait krisis Ukraina.

   Namun, pihak Barat tak perlu bersikap skeptis terhadap hubungan China-Rusia yang semakin erat. China telah menegaskan sikapnya dengan sangat jelas bahwa hubungan China-Rusia bukanlah jenis aliansi militer-politik masa Perang Dingin, tetapi melampaui model lama hubungan antarnegara seperti itu serta bersifat tidak bersekutu, tidak berkonfrontasi, dan tidak menyasar pihak ketiga mana pun, menurut pernyataan bersama terbaru yang dirilis oleh China dan Rusia tentang pendalaman kemitraan koordinasi strategis komprehensif untuk era baru.

   China pun telah menegaskan kembali sikapnya terkait isu Ukraina. Mempertahankan posisi yang objektif dan tidak memihak berdasarkan pertimbangan fakta-fakta secara cermat, China siap untuk terus memainkan peran konstruktif dalam mendorong penyelesaian politik krisis Ukraina dan secara aktif akan mempromosikan pembicaraan damai sebagai satu-satunya solusi yang layak bagi krisis Ukraina. Rekonsiliasi Iran-Arab Saudi baru-baru ini menjadi bukti terkuat dari upaya diplomatik China menuju perdamaian.

   Faktanya, dengan mengutamakan kepercayaan timbal balik, koeksistensi damai, dan kerja sama yang saling menguntungkan, hubungan antara China dan Rusia menjadi contoh yang baik bagi model baru hubungan negara-negara besar.

   Sebagai negara bertetangga dan negara besar di dunia, China dan Rusia memiliki banyak alasan untuk mempertahankan pengembangan hubungan yang stabil dan sehat. Interaksi antara China dan Rusia pada masa lalu telah mengilhami kedua belah pihak untuk menjunjung tinggi kesetaraan dan sikap saling menghormati dalam hubungan mereka tanpa mencampuri urusan internal masing-masing serta mendukung satu sama lain dalam mengikuti jalur pembangunan yang sesuai dengan realitas nasional masing-masing pada intinya.

   Dengan memanfaatkan kepercayaan politik timbal balik tingkat tinggi bilateral, kedua negara bertetangga itu tidak hanya mengelola perbedaan secara efektif, tetapi juga bersama-sama menggabungkan kekuatan untuk mewujudkan perdamaian dan stabilitas regional maupun internasional demi pembangunan bersama melalui kerja sama bilateral dan koordinasi multilateral dalam Organisasi Kerja Sama Shanghai, BRICS, dan kerangka kerja internasional lainnya.

   Namun, jika menengok ke arah Barat, perluasan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) yang didominasi oleh Washington telah memicu ketidakpercayaan antara Eropa dan Rusia. Benih-benih perselisihan yang ditabur oleh Washington akhirnya tumbuh menjadi konflik terburuk di Eropa sejak 1945.

   Penyebab mendalam dari krisis Ukraina adalah perluasan NATO, dan "Rusia bereaksi terhadap upaya Barat untuk menjadikan Ukraina sebagai benteng Barat di perbatasan Rusia," kata John Mearsheimer, seorang profesor ilmu politik di University of Chicago.

   Tampaknya, para pembuat keputusan di Washington tidak dapat menanggalkan mentalitas Perang Dingin menang-kalah (zero-sum Cold War). Mereka mencoba menjerumuskan dunia ke dalam proposisi semu "demokrasi vs autokrasi", sedangkan demokrasi di negara mereka sendiri sangat bermasalah.

   Mereka juga berupaya keras membentuk kelompok-kelompok dan memaksakan ideologi mereka kepada pihak lain, bahkan dengan menghukum sekutu mereka sendiri atau mencoba menggulingkan beberapa pemerintahan melalui "Revolusi Warna" agar dapat menekan perbedaan serta mempertahankan hegemoni globalnya, yang mengakibatkan pergolakan di seluruh dunia.

   China dan Rusia, bersama dengan sebagian besar negara berkembang, memiliki kebutuhan dan motivasi yang sama untuk melindungi sistem internasional yang berpusat pada PBB, sebuah dunia multipolar, demokrasi yang lebih besar dalam hubungan internasional, serta nilai-nilai umum kemanusiaan, yakni perdamaian, pembangunan, kesetaraan, keadilan, demokrasi, dan kebebasan.

   Abdoul Karim Drame, seorang kolumnis politik sekaligus pakar geopolitik dari Mali, mengatakan bahwa bagi negara berkembang, penguatan hubungan China-Rusia diharapkan dapat mendorong berkembangnya dunia multipolar, yang akan memungkinkan negara-negara Afrika untuk lebih menegaskan kedaulatannya dengan memanfaatkan hubungan internasional yang lebih seimbang serta menghormati pilihan politik dan ekonomi masing-masing negara.

   Masa lalu dunia unipolar telah lama berakhir. Politik kekuasaan dan ambisi hegemonik merupakan bagian dari era Perang Dingin, bukan dunia saat ini yang secara tak terhindarkan menjadi semakin multipolar dan beragam.

   Untuk mewujudkan dunia dengan perdamaian abadi, keamanan universal, dan kemakmuran bersama, semua negara di dunia harus melangkah di jalan baru. Beijing, Moskow, bersama negara-negara Global South yang berkembang pesat, berupaya keras untuk mencapainya.  Selesai

【记者:Liu Tian 】
原文链接:http://home.xinhua-news.com/rss/newsdetaillink/caea92036c674763a88587df2a24f820/1679551414466

财经新闻 ECONOMIC NEWS

24小时排行 LEADERBOARD