JUDUL: Pakar: Laboratorium biologis AS timbulkan risiko keselamatan bagi masyarakat di banyak negara
DATELINE: 9 Maret 2023
DURASI: 00:01:46
LOKASI: Beijing
KATEGORI: POLITIK
SHOTLIST:
1. SOUNDBITE 1 (Bahasa Inggris): BRUNO JUBRAN, Analis urusan internasional di Pemerintah Negara Bagian Rio Grande do Sul, Brasil
2. SOUNDBITE 2 (Bahasa Arab): MUHAMMAD OMARI, Pakar politik Suriah
STORYLINE:
Sejumlah pakar internasional menyampaikan bahwa laboratorium biologis Amerika Serikat (AS) di negara-negara lain kurang transparan dan menimbulkan risiko keselamatan bagi masyarakat setempat.
AS mengakui secara terbuka bahwa pihaknya mengelola 336 laboratorium biologis di 30 negara di seluruh dunia.
SOUNDBITE 1 (Bahasa Inggris): BRUNO JUBRAN, Analis urusan internasional di Pemerintah Negara Bagian Rio Grande do Sul, Brasil
"Laboratorium biologis AS tidak transparan, dan itu bukan saya yang menegaskan, tetapi komentar beberapa pihak dan otoritas yang dihormati di AS. Mereka merujuk pada langkah keselamatan dasar yang tidak diikuti oleh organisasi-organisasi tersebut. Orang bisa saja melakukan kesalahan, dan seharusnya ada prosedur serta tindakan yang harus dilakukan saat kesalahan itu terjadi. Namun, dengan minimnya transparansi, akuntabilitas juga tidak ada. Sehingga, kesalahan-kesalahan dibuat tanpa menghukum individu atau laboratorium itu sendiri."
SOUNDBITE 2 (Bahasa Arab): MUHAMMAD OMARI, Pakar politik Suriah
"AS telah mengadopsi kebijakan untuk menempatkan laboratorium biologis di lebih dari 30 negara dengan total 300 lebih laboratorium di seluruh dunia menurut informasi yang tersedia. Ini merupakan indikasi bahwa AS, yang belum bergabung dengan perjanjian internasional apa pun yang terkait, tidak ingin bertanggung jawab sesuai hukum internasional dan ingin memiliki semacam keleluasaan dalam menuding negara lain memproduksi zat atau pandemi biologis tersebut. AS juga ingin menjauhkan bahaya laboratorium tersebut dari wilayahnya sendiri. Itulah alasan AS membangunnya di negara-negara lain."
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Beijing.
(XHTV)
