JUDUL: Kekeringan berkepanjangan di Tanzania, peternak Maasai alih profesi jadi penata rambut
DATELINE: 27 Februari 2023
DURASI: 00:02:09
LOKASI: DAR ES SALAAM, Tanzania
KATEGORI: MASYARAKAT
SHOTLIST:
1. Berbagai cuplikan toko Ray Lipasho Kimeshwa di Dar es Salaam
2. SOUNDBITE: MWANAHAMISI SHAABAN, Warga Dar es Salaam
STORYLINE:
Kekeringan yang berkepanjangan di Tanzania memaksa orang-orang dari kelompok etnis Maasai bermigrasi ke pusat-pusat kota untuk menjalankan usaha di berbagai bidang seperti tata rambut dan menjaga rumah.
Maasai adalah kelompok etnis Nilotik yang mendiami Tanzania utara serta Kenya tengah dan selatan.
Ray Lipasho Kimeshwa, seorang Maasai yang lahir di Manyara, wilayah utara Tanzania, pernah memiliki sekitar 100 ekor sapi antara tahun 1990-an hingga 2000-an. Namun, kekeringan yang disebabkan oleh perubahan iklim membunuh beberapa ternaknya.
Pada 2001, Kimeshwa bermigrasi ke kota pelabuhan Dar es Salaam untuk terjun ke usaha tata rambut.
Dia bekerja sama dengan dua orang Maasai lainnya, yang keduanya tiba di Dar es Salaam pada 2016 untuk menjalankan usaha tata rambut.
Kimeshwa mengatakan pelanggan mereka adalah para wanita dari semua lapisan masyarakat, termasuk turis asing.
Dia menetapkan harga untuk tata rambut mulai dari 8.000 shilling Tanzania (1 shilling Tanzania = Rp6,51) hingga 70.000 shilling Tanzania per orang.
SOUNDBITE: MWANAHAMISI SHAABAN, Penduduk Dar es Salaam
"Orang-orang Maasai ini sangat pandai mengepang rambut, dan kami senang datang ke sini karena orang-orang ini sangat ramah. Ketika mereka mengepang rambut saya, kami berbicara tentang berbagai cerita. Mereka bercerita tentang asal mereka, dan saya memberi tahu mereka tentang kisah saya."
Wilayah Tanduk Afrika mengalami kekeringan terburuk dalam beberapa dekade.
Pada 17 Februari lalu, pemerintah Tanzania mengumumkan pihaknya telah mengalokasikan 6,2 miliar shilling Tanzania untuk pembangunan 11 bendungan guna memenuhi kebutuhan ternak.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Dar es Salaam, Tanzania.
(XHTV)
